NUSA DUA Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (Gapki) menilai ada dua fokus utama dalam pola kemitraan antara perusahaan dengan perkebunan sawit rakyat. Dua hal tersebut, yakni peningkatan produktivitas dan mencapai tata kelola perkebunan sawit rakyat berkelanjutan (sustainabilitas).

“Pola kemitraan dengan perkebunan rakyat harus menjadi perhatian utama dalam pengembangan industri kelapa sawit nasional,” kata Ketua Bidang Komunikasi Gapki Bambang Aria Wisena kepada media dalam Konferensi sawit Internasional (IPOC) 2017 di Bali Nusa Dua Convention Center, kemarin. Rencananya Konferensi IPOC akan dibuka hari ini oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution.

Bambang mengatakan, saat ini rata-rata tingkat produktivitas perkebunansawitrakyat masih rendah di bawah 18 ton tandan buah segar (TBS) per hektare per tahun. Padahal perkebunan sawit besar bisa mencapai 30 ton TBS per hektare per tahun. “Untuk mempersempit kesenjangan produktivitas ini, strategi terbaik adalah kemitraan antara perusahaan dengan perkebunan rakyat,” ujar Bambang.

Dia optimistis bahwa dengan pola kemitraan yang kuat yield per hektare perkebunan rakyat juga akan terdongkrak naik. Implikasi selanjutnya, menurutnya, daya saing mereka juga akan lebih kuat. Kemitraan ini sekaligus menepis keraguan bahwa perusahaan skala besar meninggalkan perkebunan rakyat. Ke depan, pengelolaan perkebunan juga seharusnya menjadi perhatian penting. Termasuk dalam hal penyediaan bibit dan pendanaan yang cukup untuk program replanting.

“Tema-tema ipi akan dibahas dalam konferensi sawit internasional yang ke-13 ini,” katanya.

Sejalan dengan pola kemitraan itu, menurut Bambang, tuntutan global agar industri kelapa sawit nasional semakin berkelanjutan juga akan terjawab.

Pada saat yang sama, pakar gambut, Dr Lulie Melling selaku Direktur Tropical Peat Research Institute (TPRI) Serawak Malaysia, menyampaikan pujian dan dukungannya terhadap industri kelapa sawit di Indonesia. “Kemitraan antara perusahaan dengan perkebunan rakyat akan menjamin tata kelola berkelanjutan. Termasuk tata kelola perkebunan masyarakat di lahan gambut,” kata Lulie yang di-undang hadir dalam IPOC 2017.

Untuk membahas isu kemitraan ini, IPOC 2017 juga mengundang perwakilan petani sawit untuk berbicara dalam konferensi sawit terbesar di dunia tersebut.

 

Sumber: Harian Seputar Indoensia