Jakarta – Indonesia tengah menyiasati upaya peningkatan konsumsi minyak sawit untuk digunakan sebagai bahan bakar salah satunya mendorong penggunaan minyak sawit untuk diolah menjadi bioavtur untuk bahan bakar pesawat.

Mengenai hal tersebut Ketua Bidang Luar Negeri Gapki Fadhil Hasan menjelaskan realisasi mengenai bioavtur masih lama.

“Kan sampai sekarang belum ada kan pesawat yang menggunakan bioavtur juga. Sampai sekarang belum ada, sekarang masih perlu penelitian, pengkajian habis itu ada uji coba segala macam. jadi walaupun ada rencana itu ya rencana itu masih lama,” kata dia kepada detikFinance, Senin (20/8/2018).

Ia juga menjelaskan, harga avtur biasa dan campuran sawit yang akan menghasilkan bio solar nantinya akan memiliki harga yang lebih mahal.

“Kalau lebih murah juga nggak, ya seperti biodisel saja. Nah kan sama saja seperti yang B20 yang di SPBU itu. Kan harganya lebih tinggi dibanding minyak bumi kan,” ujar dia.

Sebagai informasi sebelumnya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pemanfaatan sawit sebagai bioavtur disampaikan ke pihak United States Trade Representative (USTR) saat dirinya menyambangi Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu ia menyampaikan, RI akan memilih untuk membeli Boeing buatan AS ketimbang AirBus buatan Eropa asal AS mau mendukung RI dalam pemanfaatan bioavtur.

Mendag menjelaskan tanggapan positif dari pihak Boeing membuat Indonesia akan merealisasikan pembangunan pabrik bioavtur di Amerika. Pihak Boeing sudah memberikan tanggapan positif agar Indonesia bisa membangun pabrik bioavtur di Amerika. (dna/dna)

Sumber: Detik.com