Pemanasan global bukan disebabkan oleh ekpansi perkebunan kelapa sawit melainkan akibat meningkatnya intensitas efek gas rumah kaca pada atmosfer bumi. Secara alamiah atmosfer bumi metane (CH4), dan nitrogen (N2) denagn konsentrasi alamiah tertentu. Fungsinya membentuk mekanisme efek rumah kaca (natural greenhouse effect) untuk melindungi dan memelihara temperatur atmofer bumi agar nyaman unuk kehidupan. Melalui mekanisme efek rumah kaca alamiah tersebut, sebagian energi panas matahari terperangkap dalam atmofer bumi dan sebagian lagi dipantulkan keruang angkasa sehingga temperatur atmofer bumi akan sanat dingin (tidak nyaman untuk kehidupan).

Intensitas efek rumah kaca alamiah tersebut menjadi meningkat ketika konsentrasi gas-gas rumah kaca pada atmofer bumi meningkat di atas konsentrasi alamiahnya. Penyebabnya adalah meningkatnya emisi GHG dari aktivitas kehidupan manusia di bumi dan munculnya gas-gas buatan manusia seperti golongan chloroflurocarbon (CFC) dan hologen (human enhanced greenhouse effect).

Dengan meningkatnya intensitas efek rumah kaca tersebut, radiasi/panas sinar matahari yang terperangkap pada atmofer bumi menjadi lebih besar (Soemarwoto, 1992) dari alamiahnya sehingga memanaskan temperatur udara bumi. Peningkatan temperatur bumi tersebut yang kita kenal sebgai pemanasan global (global warming) akibat dari meningkatnya intensitas efek Rumah Kaca (green house effect) pada atmofer bumi.

Menurut Intergovernmetal Panel on Climate (IPCC, 1991) dalam priode pre-industri (1980-an) sampai tahun 1990, konsentrasi CO2 pada atmofer bumi telah meningkat ari 280 menjadi 353 ppmv (part per million volume). Sementara CH4 meningkat dari 0,8 menjadi 1, 72 ppmv, N2O meningkat dari 288 menjadi 310 ppbv (part perbillion volume). Dan konsentrasi CFC meningkat dari nol menjadi 280-484 pptv (part per trillion volume). Dan menurut data Internasional Energy Agency konsentrasi CO2 atmaofer bumi pada tahun 2005 mencapai 379 ppmv meningkat menjadi 396 ppmv tahun 2013 dan menjadi 399 ppmv tahun 2015 (IEA, 2016).

Peningkatan konsentrasi GHG atmofer bumi terkait dengan kegiatan masyarakat dunia sejak era pra industri (tahun 1800-an) sampai sakarang. Menurut International Energy Agency (2016), sumber emisi gas global berdasarkan jenis gas GHG, urutan terbesar dari emisi CO2 (90 pesen), kemudian disusul CH(9 persen) dan N2O ( 1 persen).

 

Sumber: Sawitindonesia.com