PT Pertamina (Persero) mulai mengolah minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) menjadi bahan bakar minyak (BBM) hijau atau green fuel dan gas elpiji dengan model co-processing di Kilang Plaju, Sumatera Selatan.

Pengolahan CPO dengan me tode tersebut juga akan dilakukan di Kilang Dumai, Cilacap dan Balongan. “Untuk itu, kami membutuhkan dukungan pemerintah supaya bisa mengolah minyak sawit menjadi ba han bakar secara ekonomis,” ujar Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif di Jakarta kemarin.

Menurut dia, produksi bahan bakar ramah lingkungan ter sebut diperkirakan Pertami na lebih efisien sekitar USD160 juta atau Rp2,3 triliun per ta hun. Upaya tersebut dapat mendukung pemerintah dalam mengurangi peng gunaan devisa. “Penghematan karena impor minyak berkurang 7,36 ribu barel per hari (bph),” kata dia.

Dia mengatakan, pengolahan minyak sawit di Kilang Plaju telah dilakukan sejak awal Desember lalu dengan kapasitas 20 million barel steam per day (MBSD). Adapun minyak sawit yang diolah di kilang tersebut telah dibersihkan terlebih dulu ge tah dan baunya atau dinama kan refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).

RBDPO tersebut lalu dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang sehing ga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kua litas lebih tinggi karena ni lai oktan meng alami peningkatan. Pihaknya menyebut Kilang Plaju mampu menghasilkan BBM beroktan 90 yang lebih ramah lingkungan sebanyak 405.000 barel per bulan setara 64.500 kiloliter per bulan.

Selain itu, kilang menghasilkan produksi elpiji ramah ling kung an sebanyak 11.000 ton per bulan. Tak hanya itu, pengolahan mi nyak sawit tersebut juga mem buat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) meningkat signifikan karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri.

“Transaksi yang dilaku kan dengan rupiah se hingga mengurangi defisit ang garan negara serta hasil ba han bakar ramah lingkungan,” kata dia. Sementara itu, Direktur Bio energi Direktorat Jenderal Ener gi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misnah mengatakan, tiga ki lang Pertamina akan mengolah energi hijau dari CPO.

Ada pun Kilang Dumai akan mem produksi green diesel, Kilang Plaju akan menghasilkan green fuel dan Kilang Balongan akan memproduksi green avtur. “Un tuk Kilang Dumai akan dilaku kan sekitar Februari- Maret,” kata dia.

Dia menjelaskan, kilang Per tamina belum dapat mengolah CPO 100%, tapi pengolah an itu te tap menggunakan mi nyak men tah, sebab itu disebut de ngan co-processing. Idealnya me mang membangun kilang baru, tapi terbentur dengan ma hal nya investasi kilang baru.

“Sebab itu dicoba co-processing. Pertamina akan mencoba sampai di titik mana yang paling ideal dengan investasi tidak terlalu besar dengan harga yang layak,” kata dia. Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat M Sinaga sempat menuturkan bahwa pengolahan minyak sa wit pada kilang Dumai nan ti nya akan diterapkan 100%.

Jadi, akan murni mengolah sawit untuk kemudian meng hasil kan solar yang ramah ling kung an. Namun sebagai tahap awal, minyak sawit itu akan diolah de ngan minyak mentah di Kilang Balongan untuk menghasilkan avtur ramah ling kungan.

Kom po sisinya, minyak sawit 25%. “Dengan adanya program ter sebut, ketahanan energi di Indonesia bisa terjaga. Ini karena bisa memanfaatkan bahan ba ku di dalam negeri diolah men jadi BBM. Selain itu, bisa menurunkan impor BBM,” kata dia.

 

Sumber: Koran-sindo.com