JAKARTA – Serapan produk turunan kelapa sawit dari domestik dalam 2 tahun mendatang diyakini meningkat seiring dengan perluasan penerapan campuran bahan bakar nabati.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga memprediksi ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) bulanan Indonesia tahun depan hanya berkisar 2 juta ton apabila mandatori campuran biodiesel sebanyak 30% (B30) dalam bahan bakar minyak jenis Solar jadi diterapkan oleh pemerintah.

Menurutnya, implementasi B30 akan meningkatkan konsumsi CPO, dimana 1 ton FAME (fatty acid methyl ester) untuk bahan biodiesel membutuhkan sekitar 1,12 ton CPO.

“Kuartal IV/2018 masih naik. Kira-kira ekspor kita itu masih di level 3 juta ton per bulan sepanjang periode itu. Cuma saya prediksi di tahun depan, kita ekspor harus kurangi juga. Kan [ada rencana implementasi) B30,” katanya, Kamis (18/10) malam.

Jika mandatori B30 jadi diterapkan, tambahnya, kebutuhan akan CPO domestik akan mencapai 9,2 juta ton, sedangkan pada 2018 kebutuhan CPO berkisar 5,1 juta ton.

Sahat memperkirakan produksi kelapa sawit pada 2019 mencapai 52,7 juta ton Produksi kelapa sawit pada 2019 diperkirakan mencapai 52,7 juta ton yang terdiri dari 48,2 juta ton CPO dan 4,6 juta crude palm kernel oil.

Konsumsi domestik untuk minyak sawit sepanjang Januari-Agustus 2018 mencapai 8,3 juta ton. yang terdiri dari 48,2 juta ton CPO dan 4,6 juta crude palm kernel oil.

Selain itu. dia bahkan memperkirakan bahwa pada 2020, serapan sawit dalam negeri semakin tinggi lagi.

“Saya perhitungkan 2020 di mana sawit akan kita pakai jadi biohidrokarbon [untuk] avtur, bensin, dan green diesel di luar FAME. [Penggunaan] itu akan short [memangkas) kira-kira 16 juta ton ekspor,” jelasnya.

Seiring dengan meningkatnya serapan CPO untuk biodiesel juga pemanfaatan bahan bakar nabati dalam negeri, Sahat mengimbau agar seluruh pemangku kepentingan bisa duduk bersama guna membahas skema logistik yang tepat.

“Jadi, pemakaian sawit akan banyak dan yang penting jadi perhatian kita adalah penambahan kapal-kapal transportasi untuk mendistribusikan biodiesel ini ke tempat titik pencampuran Pertamina. Itu yang paling krusial dan saya kira [pada] Desember [hal ini) perlu dibicarakan antara para pihak,” kata Sahat.

Adapun harga CPO pada kuartal pertama tahun depan dia perkirakan akan mencapai USSSOO per ton untuk fee on board (FoB) Dumai dari saat ini di level USS480.

Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (Gapki), konsumsi domestik untuk minyak sawit sepanjang Januari-Agustus 2018 mencapai 8,3 juta ton. Tahun lalu, serapan domestik minyak sawit mencapai kisaran 11 juta ton. Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Minyak sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan konsumsi CPO dalam negeri meningkat pada September karena adanya permintaan untuk biodiesel. Konsumsi dalam negeri bulan Agustus 1,1 juta ton pada September 1,15 juta ton,” katanya.

Derom mengatakan stok minyak sawit juga meningkat jadi 4,8 juta ton pada September dari 4,5 juta ton pada Agustus karena puncak produksi tandan buah segar terjadi pada September.

HARGA NAIK

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang memperkirakan harga sawit diharapkan bisa mencapai US$540 per ton (FoB) pada akhir tahun dengan catatan stok minyak nabati lain sama-sama mengalami penurunan.

Salah satu faktor pendukung prediksi ini adalah permintaan dari India yang kembali berangsur normal ke level 500.000 ton-600.000 ton.

“Jadi kalau soybean [kedelai] itu bisa turun stok levelnya, mudah-mudahan harga sawit bisa bergerak seperti yang saya bilang tadi [US$540 per ton],” katanya, Kamis (18/10).

Saat ini, menurutnya harga sawit berada di rentang US$510 perton-USS520 per ton dan menurutnya harga ini tidak akan jatuh lebih dalam.

Pasalnya, implementasi B20 dinilai mampu menjadi penyangga harga, begitu pula dengan distribusinya yang dinilai semakin baik.

Kendati demikian, harga sawit juga tidak akan bergerak Iebih tinggi lagi. Pasalnya, belum ada gebrakan baru saat ini yang berpotensi untuk meningkatkan serapan secara signifikan.

“Biodiesel, kalau boleh dibilang Oktober ini lebih lancar. Kita juga sudah mengerti, sudah tahu kira-kira jadwal kapalnya seperti apa karena sudah menjadi rutinitas. Pencapaiannya bisa lebih baik dari September. Ini kan semua demand-demand yang bisa membawa stok level untuk lebih baik lagi,” tambahnya.

Sepanjang September, dia memprediksi bahwa realisasi serapan biodiesel akan mencapai 70% atau sekitar 400.000 kilo liter.

Adapun untuk Oktober tahun ini, dia memprediksi serapan biodiesel bisa mencapai 430.000 kiloliter-450.000 kiloliter.

 

Sumber: Bisnis Indonesia