Kementerian E-nergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan uji coba penggunaan biodiesel 40% (B40). Bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar yang dicampur Fatty Acid Methyl Ester (FAME) atau minyak nabati dari Kelapa Sawit sebanyak 40% itu diuji dalam skala laboratorium. Uji coba ini merupakan langkah awal penggunaan B40 yang direncanakan pada awal tahun depan. Pada saat ini sudah berjalan B30 alias BBM jenks Solar dicampur Fame 30%.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan uji coba B40 tak terpengaruh oleh pendemi virus Corona. Tahap pengujian masih berjalan sesuai jadwal yang ditentukan. “Kita jalan terus, kan kegiatannya di lab,” kata Dadan kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (17/3).

Dadan menerangkan uji coba terbatas di laboratorium motor dengan mesin statis. Dalam pengujian itu ada sejumlah bahan bakar B40 dengan berbagai spesifikasi. Nantinya diambil dua spesifikasi yang akan dibahas bersama dengan tim lebih besar seperti produsen biofuel, maupun produsen kendaraan. “Setelah didapat formula B40 yang tepat, dilanjut dengan uji ketahanan dengan mesin lebih lama 1000 jam,” terangnya.

Dikatakannya setelah uji 1.000 jam itu akan dianalisa kembali seperti apa efek maupun hasil yang ditimbulkan. Kemudian tahap selanjutnya yakni uji jalan lapangan sekaligus sebagai ajang sosialisasi. Tahapan-tahapan ini sudah dilakukan pada mandatori biodiesel sebelumnya yakni B20 dan B30. Penerapan B40 ini nanti lebih dulu diutamakan pada sektor otomotif.

Ketua Umum Asosiasi Produsen biofuel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor sebelumnya mengatakan pasokan Fame mencukupi guna menunjang mandatory B40. Dia me- nuturkan kapasitas produksinya bisa mencapai 14 juta kilo liter (KL). Sementara kebutuhan Fame untuk B40 sekitar 12 juta KL. “Kami akan uji B40 mulai Maret dan diperkirakan selesai Juli nanti,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, tahun ini serapan biodiesel ditargetkan sebesar 10 juta KL. Tahun depan, serapan biodiesel masih akan stabil yakni sebesar 10,2 juta KL. Selanjutnya, serapan biodiesel mulai naik signifikan menjadi 14,2 juta KL di 2022, 14,6 juta KL di 2023, dan mencapai 17,4 juta KL di 2024.

Biodiesel merupakan program untuk menekan impor BBM. Pada awal 2020 program mandatori biodiesel berlanjut ke B30 alias sebanyak 30% BBN dicampur ke Solar. Penambahan jumlah BBN itu berdampak hingga 9 juta KL impor Solar yang bisa ditekan. Dengan B40 artiannya bisa mencapai 12 juta KL impor Solar yang dikurangi.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia