JAKARTA – Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) berharap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak melakukan kampanye negatif terhadap minyak sawit karena bisa merugikan industri sawit Indonesia. Pada awal Mei lalu, WHO melalui kantor cabang regional untuk wilayah Mediterania Timur (EMRO) dan Eropa mengeluarkan artikel Nutrition Advice for Adults During Covid-19 dan sudah dimuat di media sosial WHO, isinya mengajak masyarakat khususnya orang dewasa menghindari makanan lemak jenuh termasuk sawit.

Ketua Umum DMSI Derom Bangun mengatakan, penulisan artikel tersebut merupakan bagian dari kampanye negatif Eropa dan pihak Uni Eropa membujuk WHO agar mau menerbitkan artikel tersebut.

Pada dasarnya, WHO tidak mempunyai kajian ilmiah tentang kandungan sawit, sebaliknya sawit mempunyai banyak manfaat. Karena mendapatkan kritikan dari negara produsen sawit maka WHO sudah merevisi artikel tersebut dan sudah diterbitkan kembali pada akhir Mei lalu. “WHO harus netral jangan sampai ada bujukan untuk terlibat dalam aksi kampanye negatif sawit,” ujar Derom di Jakarta, kemarin.

Derom mengatakan hal itu saat diskusi virtual tentang minyak makan sawit. DMSI mengajak WHO lebih fair dan menganalisa sesuatu sebelum melakukan tindakan mengingat WHO merupakan organisasi terbesar yang memberikan dampak dan panutan jadi harus lebih hati-hati ke depannya. Di sisi lain, apabila dilihat secara spesifik, minyak sawit merah alami mempunyai kandungan asam palmitat yang merupakan lemak jenuh dan salah satu komponen dominan dalam minyak sawit. Asam palmitat ini mempunyai fungsi untuk melindungi paru paru yang sehat dan aman dikonsumsi.

Direktur Keberlanjutan dan Pengembangan Petani Kecil Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak kelapa sawit (CPOPC) Witjaksana Darmosarkoro mengatakan, kampanye negatif sawit dapat menurunkan daya saing industri sawit dalam negeri, dengan adanya kampanye sawit maka secara tidak langsung ekspor sawit Indonesia akan turun. Padahal, sawit merupakan komoditas andalan Indonesia yang juga melibatkan banyak petani petani kecil. “WHO harus bersikap lebih netral dan tidak berpihak kepada Eropa, dari dulu Eropa memang an ti sawit Indonesia dan mencari segala macam cara agar sawit ditolak,” ujar dia.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia