InfoSAWIT, SINGAPURA – Dalam sebuah laporan yang dirilis The Carbon Disclosure Project (CDP), sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang transparansi lingkungan, mencatat China adalah importir minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia dan konsumen minyak kelapa sawit terbesar ketiga, dimana pasokannya sepenuhnya bergantung pada impor.
Kendati Cina adalah salah satu pasar minyak sawit terbesar, faktanya pada tahun 2019 lalu, hanya 3 perusahaan di China yang melaporkan informasi terkait komoditas kelapa sawit, dimana dua diantaranya mengidentifikasi risiko terkait hutan.
Laporan itu juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan hilir minyak sawit China bakal menghadapi peningkatan biaya produksi lantaran adanya risiko fisik, utamanya peningkatan biaya pengadaan akibat gangguan rantai pasok karena cuaca ekstrem atau kerentanan ekosistem yang timbul dari perubahan iklim. Sementara itu, perusahaan yang berada di rantai pasok tengah melihat risiko akses pasar karena pembeli menerapkan kebijakan nol deforestasi.
Misalnya, banyak pembeli internasional produk-produk China yang mengandung minyak kelapa sawit (seperti kelompok supermarket asal Prancis – Carrefour) telah menerapkan kebijakan tersebut dan berjanji bahwa pada akhir tahun 2020 mereka hanya akan membeli produk minyak kelapa sawit berkelanjutan yang disertifikasi oleh Roundtable on Sustainable Palm Minyak (RSPO). Jika pemasok Cina tidak mematuhi kebijakan ini, mereka akan kehilangan kontrak dan terputus bisnisnya. (T2)
Sumber: Infosawit.com