MEDAN – Menjelang perayaan Diwali di India, permintaan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mengalami kenaikan. Tren kenaikan permintaan yang hampir terjadi setiap tahun tersebut juga memicu terjadinya kenaikan harga CPO itu sendiri.
Selama bulan Oktober ini saja, harga CPO mengalami kenaikan dari level 2.666 RM menjadi 2.735 RM per ton. “Kenaikan harga CPO tersebut sudah pasti memberikan berkah bagi petani sawit kita,” kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, di Medan, belum lama ini.
Meski naik, harga CPO saat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Di tahun 2016, harga CPO menjelang Diwali sempat menyentuh RM 2.770 per ton. Meski terpaut perbedaan harga yang sangat tipis, tapi tetap saja kinerja lebih baik di tahun lalu.
Tren permintaan CPO menjelang perayaan Diwali ini, sangat diharapkan tidak dibebani dengan aturan baru yang akan diberlakukan oleh India yakni menaikkan bea masuk. Terlebih CPO merupakan salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan dari wilayah Sumut.
Aturan yang cenderung proteksionis itu berpeluang memberikan kerugian terutama bagi petani dibandingkan dengan aturan yang lebih longgar.
Setelah perayaan Diwali, harga CPO tentunya juga diharapkan bertahan dan tidak berbalik arah. Karena perayaan Diwali ini sifatnya sementara dan merupakan sentimen fundamental meski sifatnya lebih berbentuk musiman. Jadi begitu perayaan usai, konsumsi CPO akan kembali normal.
“Nah disaat konsumsi normal itulah kita perlu cermati. Karena jika terjadi penurunan konsumsi dibandingkan perayaan sebelumnya, akan muncul ekspektasi bahwa secara fundamental perekonomian di India juga tengah mengalami gangguan. Gangguan itu yang nantinya akan sangat mengganggu harga CPO ke depan,” kata Gunawan dikutip MedanBisnis.
Kenaikan CPO ini juga menjadi patokan dalam harga penetapan tandan buah segar (TBS) di Sumut. Ada kenaikan jika dibandingkan pekan lalu.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa sawit Indonesia (Apkasindo) DPW Sumut Gus Dalhari Harahap merinci, penetapan harga TBS Provinsi Sumut periode 10-17 Oktober 2017, untuk tanaman umur tiga tahun adalah Rp 1.501,96 per kg, umur empat tahun Rp 1.645,1 per kg, umur lima tahun Rp 1.743,9 per kg, umur enam tahun Rp 1.793,33 per kg dan umur tujuh tahun dipatok Rp 1.809,02 per kg.
Selanjutnya, TBS dengan umur tanaman delapan tahun senilai Rp 1.857,79 per kg, umur sembilan tahun Rp 1.892,45 per kg, umur 10-20 tahun Rp 1.939,49 per kg, umur 21 tahun ditetapkan Rp 1.935,71 per kg, umur 22 tahun Rp 1.910,37 per kg dan umur 23 tahun Rp 1.891,56 per kg. Kemudian umur 24 tahun Rp 1.829,31 per kg, dan umur 25 tahun Rp 1.773,59 per kg.
“Memang harga TBS di petani saat ini masih sekitar Rp 1.600-an per kg. Namun dengan adanya perkiraan order (permintaan) yang meningkat, tentunya harga di petani juga akan naik. Diharapkan bisa mencapai Rp 1.800 per kg pekan ini,” kata Gus. (T3)
Sumber: Infosawit.com