Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menciptakan PreciPalm, sebuah aplikasi yang bisa memberikan informasi kebutuhan unsur hara pada perkebunan kelapa sawit dengan memanfaatkan citra satelit sentinel dan drone. PreciPalm ini tercipta berkat kerja sama IPB dengan Yayasan Pupuk Kaltim dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, V, dan VII.
“Eksperimen aplikasi dan uji performansi sudah kami lakukan di kebun demplot di tiga PTPN. Sistem ini diharapkan menjadi salah satu alternatif solusi sistem pendugaan unsur hara dan rekomendasi pupuk pada kebun kelapa sawit,” ungkap Rektor IPB Arif Satria seperti dilansir website resmi IPB, Rabu (24/4).
Dia menjelaskan, sistem tersebut berbasis pertanian presisi dan real-time data analytic. Aplikasi ini, lanjut dia, merupakan bagian dari karakteristik agroindustri 4.0 dengan pemanfaatan sensing devices, drones, satelit es dan internet of things.
Menurutnya, penggabungan antara satelite dan drone adalah untuk saling mengoptimalkan fungsi sistem ketika harus berhadapan dengan kendala tutupan awan (untuk satelite) dan luasan tangkap image yang terbatas (untuk drone). Hal ini menjadi bagian dari manifestasi perbaikan proses bisnis pemupukan yang biayanya mendominasi proses produksi minyak sawit (kurang lebih 60 persen) dari keseluruhan biaya produksi sawit. “Untuk menentukan jumlah unsur hara yang dibutuhkan kebun sawit berbasis uji laboratorium, perlu waktu analisis tujuh hari sampai enam bulan, tergantung antrean dan kelengkapan sarana laboratorium. Bagi perkebunan yang tidak memiliki sarana laboratorium tentu ini menjadi kendala karena sampel tanah dan daun harus diambil dari lapangan dan dikemas atau dibungkus untuk dikirim ke laboratorium terdekat,” paparnya.
Selain itu, kata dia, ada risiko biaya, penurunan kualitas, dan kerusakan sampel ketika dalam perjalanan. Saat ini PreciPalm masih dalam pengujian kinerja dengan melakukan uji demplot di tiga PTPN.
“Semoga bisa bertambah uji demplotnya di perkebunan sawit lainnya. Tak ada sistem yang sempurna, melainkan harus melalui suatu proses riset dan eksperiman yang kontinyu dan progresif,” imbuhnya.
Sementara itu, menurut Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Kudang Boro Seminar, dengan PreciPalm petani bisa menentukan jumlah pupuk yang diperlukan atau yang direkomendasikan dalam satu wilayah tertentu. PreciPalm sudah memenuhi kaidah-kaidah tentang pertanian presisi.
Yaitu, kita memupuk dengan variabilitas nutrisi yang ada di lahan. “Jadi akan terlihat mana wilayah yang kandungan nutrisinya rendah sehingga harus dipupuk lebih. Jika sudah cukup nut ris inya maka tidak perlu ditambah pupuk lagi,” ulasnya. Sehingga, dalam satu lahan
jumlah pupuk yang diberikan memiliki dosis yang berbeda. Ini disesuaikan dengan variabilitas nutrisi. “Kita bisa dengan mudah melihat kondisi suatu lahan di perkebunan sawit sehingga bisa ambil keputusan, dengan berapa pupuk yang diperlukan,” tandasnya.
Sumber: Indo Pos