Ada yang berbeda dalam program penerimaan beasiswa pendidikan anak petani sawit semenjak setahun terakhir. Program di bawah Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit ini tidak lagi melibatkan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dalam proses rekrutmen peserta program.
Padahal, program beasiswa yang dimulai semenjak 2016 dicetuskan oleh APKASINDO dalam rangka memperkuat SDM di perkebunan sawit rakyat. Gulat ME Manurung, Ketua Umum DPP APKASINDO mengatakan saat tahun ajaran 2016 dan 2017 lalu, Apkasindo diberikan kewenangan untuk berpartisipasi merekrut anak-anak petani di 22 Propinsi Dewan Pimpinan Wilayah Apkasindo se-Indonesia. Peran organisasi mensosialisasikan program ini kepada anak petani dan buruh tani, sekaligus proses verifikasi data anak petani.
Sementara itu, proses seleksi dan ujian menjadi kewenangan pihak kampus. “Saat ini, jangankan diikutkan dalam sosialisasi beasiswa. Bahkan pengumuman proses seleksi saja (Apkasindo) tidak tahu kapan dan apa saja persyaratannya,” jelas Gulat.
Paiki Dorteus, petani sawit asal Papua Barat, juga mengeluhkan persoalan penerimaan peserta program beasiswa BPDP-KS. Semenjak tahun lalu, tidak ada panitia seleksi yang datang ke Papua Barat.
“Terus terang kami dari Papua Barat sangat kecewa dengan cara kerja panitia seleksi. Tolong dipahami kondisi di tanah Papua itu seperti apa, dan jangan dibedakan antara provinsi Papua dengan Papua Barat,”ujar Paiki yang juga Ketua DPW APKASINDO Papua Barat.
Petani sawit merasa kecewa karena awal mula lahirnya program beasiswa dicetuskan APKASINDO. Amin Nugroho, mantan Ketua Harian DPP Apkasindo, yang saat ini menjabat sebagai Ketua OKK DPP APKASINDO, bahwa ide program beasiswa ini murni dicetuskan oleh Apkasindo. Maka, jangan melupakan sejarah bahwa beasiswa ini bukan hanya ditujukan kepada anak berprestasi melainkan fokus bagi anak petani dan buruh tani sawit. “Cukup sudah tahun 2018 Apkasindo dipecundangi, BPDPKS harus mencatat itu,” tegasnya.
Gulat mengakui sejak tahun lalu peran Apkasindo diistirahatkan yang berakibat proses rekrutmen menjadi kacau. Ada banyak peserta program yang lulus tetapi tidak tahu informasi kelulusannya karena minimnya informasi. Sedangkan, nak petani dan buruh tani yang diharapkan mendapatkan beasiswa BPDP-KS malahan tidak lulus.
“Yang paling mirisnya semua orang tua petani dan buruh tani sawit yang anaknya akan ikut seleksi malah bertanya ke Apkasindo di seluruh Indonesia. Kkmi tidak bisa menjawab apa-apa karena memang tidak dilibatkan, tidak tahu kapan dan apa saja persyaratannya,” ujar Gulat.
Sebagai informasi, BPDP-KS mempunyao program beasiswa sebagai upaya pengembangan SDM kelapa sawit. Beasiswa diberikan untuk jenjang pendidikan D1-D4 untuk kuliah di lembaga pendidikan yang bekerjasama dengan BPDP-KS. Beasiswa ini meliputi, Biaya Kuliah, Biaya Hidup, Biaya Transportasi, Biaya Pemondokan, Biaya Buku, dan Biaya tugas akhir.
Selain itu, berdasarkan informasi dari laman BPDPKS ini diperuntukan bagi putra/putri Indonesia yang orang tuanya bekerja di perkebunan atau industri sawit.
Sumber: Sawitindonesia.com