JAKARTA – Dengan kondisi melimpahnya produksi dan beragamnya varietas benih kelapa sawit unggul di Indonesia, tidak lagi ada alasan bagi pelaku kelapa sawit untuk melakukan impor benih. Benarkah demikian?

Tahun ini, kapasitas produksi benih sawit nasional telah mencapai 240 juta butir, dengan jumlah produsen mencapai 15 perusahaan. Bahkan kabarnya masih ada empat perusahaan lagi yang sedang menjajaki untuk menjadi perusahaan benih sawit, kabarnya ada yang akan bekerjasama dengan sumber benih dari Papua New Guinea dan sumber benih dari kawasan Afrika.

Jika memang kemudian produsen benih sawit bertambah, maka bisa dipastikan macam varietas benih sawit nasional akan semakin beragam, sehingga bisa memberikan pilihan benih sawit yang banyak bagi konsumen. Nah, bila kemudian masih ada pelaku perkebunan kelapa sawit yang melakukan impor benih sawit, maka bakal banyak mengundang tanya.

Pemerintah lewat Kementerian Pertanian, telah memastikan bahwa untuk tahun ini tidak ada impor benih sawit. “Untuk pengadaan benih sawit unggul dipenuhi dari produsen di dalam negeri yang resmi sebanyak 15 perusahaan,” tutur Direktur Jenderal Perbenihan Kementerian Pertanian, H. Muhammad Anas, kepada InfoSAWIT, belum lama ini.

Lebih lanjut kata Muhammad Anas, jika pelaku perkebunan kelapa sawit butuh benih sawit maka tidak usah melakukan impor, sebab sudah dipenuhi seluruhnya oleh produsen benih sawit nasional. “Tahun ini tidak ada impor benih sawit,” tutur Muhammad Anas.

Merujuk catatan Direktorat Perbenihan Kementerian Pertanian, di sepanjang tahun 2017 ini tercatat hanya bakal ada kegiatan impor benih sebanyak 3000 butir, itupun yang akan dilakukan PT ASD-Bakrie ke perusahaan benih asal Costarica, ASD-Costarica, atau perusahaan mitranya.

Ketua Forum Kerjasama Produsen Benih Sawit Indonesia, Dwi Asmono mengakui, jika pada tahun-tahun sebelumnya potensi impor benih sawit masih ada, namun dengan rencana produksi di tahun ini  yang hanya mencapai 51% dari utilitas terpasang, artinya kebutuhan benih sawit nasional bisa dipenuhi seluruhnya oleh para produsen benih sawit nasional.

Dwi Asmono pun melihat tidak lagi ada  alasan untuk membuka keran impor dari luar negeri, kecuali ada faktor pembeda yang sangat signifikan atau kebutuhan khusus. Namun, bila dilihat dari jalur breding diseluruh dunia, sebenarnya benih sawit yang diproduksi produsen benih sawit naisonal memiliki kedekatan dengan hasil benih dari para produsen benih sawit di dunia.

Misalnya ada jalur breeding yang sumbernya dari hasil riset yang bersumber dari Perancis, misalnya dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dan Socfin Indonesia. Lantas ada jalur breeding yang bersumber dari riset berasal dari Inggris, misalnya dilakukan PT PP London Sumatra Tbk, dan Damimas. “Jadi saya tidak melihat ada pembeda yang sangat signifikan dari benih sawit yang diproduksi negara tetangga dengan kita, itu juga yang harus menjadi pertimbangan,” katanya kepada InfoSAWIT belum lama ini di Jakarta. (T2)

 

Sumber: Infosawit.com