KETAPANG – Sudah saatnya di Kabupaten Ketapang ini berdiri industri hilir perkebunan sawit pengolahan crude palm oil (CPO). Harapan tersebut disampaikan Bupati Ketapang Martin Rantan SH dalam Pertemuan Koordinasi GAPKI Kalbar dan Perkebunan Kelapa Sawit Korwil Ketapang, Senin (26/3) petang di Pendopo Bupati Ketapang.
Padahal, diungkapkan Bupati, terdapat 25 pabrik kelapa sawit (PKS) sebagai industri hulu dari perkebunan sawit di kabupaten ini. Sejauh ini, disebutkan Bupati, ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan siap untuk membangun industri hilir. Sayangnya, dia menambahkan, perusahaan-perusahaan yang siap tersebut tidak memiliki perkebunan. Karena itu, Bupati mendorong agar perkebunan sawit yang ada di daerah ini bisa menjual kepada industri hilir yang siap membangun pabrik. Salah satu perusahaan yang menyatakan siap membangun industri hilir, secara gamblang, diungkapkan Bupati, adalah PT Ketapang Ecology and Agriculture Forestey Industrial Park.
Selain itu, Bupati juga mempersilakan perkebunan yang sudah ada saat ini untuk membangun industri hilir sendiri. Dengan dibangun industri hilir, dia yakin akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan di pesisir. Selain itu, harapan dia juga akan memberikan wawasan kepada masyarakat tentang produk perkebunan kelapa sawit. Dengan begitu, dia kembali meyakini, akan muncul rasa memiliki, sehingga kondusifnya investasi daerah bisa lebih terjamin.
“Saya pikir supaya industri hilir bisa dibangun, perusahaan yang sudah ada PKS bisa jual ke industri hilir, atau dari Pemkab keluarkan Perda yang menekankan agar sekian persen dari produksi CPO dari PKS diwajibkan untuk dijual ke industri hilir di Kabupaten Ketapang. Hal ini suatu saat perlu kita diskusikan kembali. Kalau ada kesepakatan perlu ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati, supaya ada industri hulu dan ada industri hilir di Kabupaten Ketapang ini, kita juga perlu pikirkan penciptaan lapangan kerja di wilayah pesisir,” kata Martin panjang lebar.
Seterusnya, Bupati menyebutkan jika dalam beberapa tahun terakhir, baik keberadaan perusahaan perkebunan dan smelter, maka pertumbuhan ekonomi Ketapang naik beberapa poin, tercatat 7,79 persen. Jika ke depan benar-benar terbangun industri hilir hasil perkebunan sawit di Ketapang, ia yakin pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik. Sehingga, harapan dia, bisa mewujudkan visi dan misi Kabupaten Ketapang maju menuju masyarakat sejahtera.
Dalam berinvestasi, tentunya dia sependapat jika pihak perusahaan harus mendapat keuntungan. Menurut Bupati, selain mendapat keuntungan, keberadaan perusahaan juga membantu pemerintah daerah, khususnya membangun infrastruktur yang belum terbiayai anggaran. Sisi lain, dia menambahkan, masyarakat juga mendapatkan dampak multifflierefect dari kegiatan investasi tersebut.
“Dengan adanya 74 perusahaan perkebunan sawit yang sudah mendapat Izin Usaha Perkebunan, saya harap pola kemitraan mampu memberikan dampak signifikan kepada masyarakat. Jujur saja saja saya belum ada melihat pola kemitraan yang memberikan dampak signifikan terhadap koperasi,” tegas Bupati dalam pertemuan tersebut.
Ia mengatakan banyak para kades yang ‘curhat’ kepada Bupati, terkait dengan pola kemitraan. Bahkan, diakui dia, ada pola plasma yang mana satu anggota hanya mendapatkan Rp74 ribu perbulan. Sementara itu, diungkapkan dia, kondisi hutan sudah tidak ada lagi untuk berburu buat mereka atau mencari rebung. Karenanya Bupati berharap keberadaan perkebunan seimbangan dengan harapan masyarakat, untuk menyejahterakan perekonomian. Pola kemitraan ini diharapkan dia benar-benar bisa memberikan dampak signifikan bagi masyarakat yang dikelola oleh koperasi.
Sumber: Pontianakpost.co.id