JAKARTA. Program perhiasan penggunaan biodiesel sebesar 20% untuk campuran balian bakar diesel (B20) bagi semua kendaraan berlaku 1 September 2018. Artinya, kini, semua SPBU di Indonesia tidak lagi berjualan solar murni.
Pelaku usaha berharap kebijakan B20 ini bisa menimbulkan multiplier effect bagi produsen minyak swait mentah atawa Crude palm oil (CPO) maupun harga Tandan Buah Segar (TBS) di pasar domestik. Sebab, program B20 diharapkan akan meningkatkan pembelian CPO di pasar domestik oleh perusahaan penjual balian bakar minyak (BBM), sehingga pasokan ekspor CPO di pasar global berkurang dan bisa memicu kenaikan harga CPO.
Wakil Ketua Dewan Masyarakat SawitIndonesia DMSI Sahat Sinaga memperkirakan dampak implementasi program B20 akan membuat konsumsi domestik CPO pada paruh kedua 2018 meningkat menjadi 7 juta ton. Angka ini berarti meningkat sekitar 4,47% dari proyeksi awal sebesar 6,7 juta ton.
Sahat menambahkan, kenaikan permintaan CPO di semester 11-2018 merupakan perkirakan konservatif. “Kalau mereka akan agresif karena takut terkena denda dari pemerintah, maka konsumsi CPO dalam negeri bisa mencapai 7 juta ton,” kata Sahat akhir pekan lalu, (30/8).
Dewan sawit sendiri memperkirakan, program B20 sudah bisa mendongkrak tambahan penyerapan CPO sebesar 1 juta ton di pasar lokal mulai bulan September 2018 ini hingga akhir tahun 2018 mendatang. Bila ditambah untuk BBM subsidi yang sekitar 1,4 juta ton, maka dalam empat bulan ke depan, total penyerapan CPO bisa mencapai 2,4 juta ton.
Program B20 ini juga berpotensi menggerek produksi CPO tahun ini. Jika semula pengusaha menargetkan produksi 42 juta ton, kini, diprediksi produksi akan naik menjadi 43,9 juta ton di 2018.
TBS Petani Naik
Bukan cuma pengusaha CPO yang mengharapkan adanya lonjakan permintaan. Rina Afrino, Wakil Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) optimis implementasi B20 bakal ikut menggerek harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.
Ia mengatakan, optimisme ini berdasarkan pada program biodiesel sebelumnya yang sudah dirintis sejak 2015. Saat itu, produk tersebut terbukti ampuh mengangkat harga CPO dan TBS.
Sebelumnya, harga CPO dan TBS sempat anjlok, tapi perlahan-lahan kembali naik karena meningkatnya penyerapan CPO di dalam negeri untuk kebutuhan biodiesel.
“Saya perkirakan program B20 sekarang ini merupakan langkah strategis pemerintah sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia untuk mengangkat kembali harga minyak sawit,” ujarnya.
Dalam catatan Rino, saat ini rata-rata harga CPO di pasar global US$ 530 per ton. Ia berharap berkat program B20 ini harga bisa terkerek menjadi US$ 630 per ton atau naik rata-rata US$ 100 per ton sesuai target yang ditetapkan pemerintah. Ia berharap harga TBS juga ikut terangkat.
Saat ini, harga TBS ditingkat petani di Indonesia Rp 700 -Rp 1.200 per kilogram (kg). Sementara harga TBS petani yang bermitra dengan industri pengolahan CPO sekitar Rp 1.300 – Rp 1.500 per kg. Nah dengan implementasi B20, Rino optimistis, harga TBS bisa naik hingga Rp 1.800 per kg di tingkat petani.
Sahat juga menyampaikan hal senada. Saat ini, harga rata-rata TBS di Riau di kisaran Rp 1.140 per kg. Dengan program B20 diharapkan bisa naik minimal menjadi Rp 1.280 per kg atau meningkat 12,28%. “Kami harapkan kenaikan harga CPO dan TBS ini terjadi pada empat bulan terakhir di tahun ini,” ucapnya.
Sumber: Harian Kontan