Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia (MBI) menjelaskan peluang teknologi pengolahan minyak sawit dan minyak kernel dengan katalis untuk menghasilkan bahan bakar transportasi. Hal ini diungkapkan saat bertemu dengan Dono Boestami, Dirut Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, Rabu (19 September 2018).
“Sementara itu, untuk menuju ke pengolahan ke tingkat komersial ( industri ), perlu pengembangan bertahap melalui demo pemakaian PO (Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dengan co-processing di kilang Pertamina berskala besar,” kata Sahat.
Sebagai informasi, Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia terdiri dari peneliti, praktisi kilang minyak bumi, dan teknisi yang sudah berpengalaman di industri hulu dan hilir sawit.
Dalam pengembangan biohidrokarbon ini, kata Sahat Sinaga, BPDP-KS akan membantu pendanaan dalam hal pengadaan PO dan PKO untuk kebutuhan ujicoba. Sedangkan, Pertamina mempersiapkan peralatan dan teknisi ITB mengembangkan proses kondisi dari operasi ini.
Diharapkan kegiatan ini mulai berjalan pada 2019. Kemudian tahun 2020 dapat memulai pengolahan sawit menjadi biohidrokarbon.
Sahat mengatakan pemakaian biohidrokarbon mampu dan menghemat pembelian bahan bakar fosil sebesar US$ 31 juta/hari atau setara US$ 11,3 miliar/tahun). Lalu tahun-tahun berikutnya bisa menghemat devisa negara lebih baik lagi.
Hadir dalam pertemuan ini yaitu Dono Boestami (Dirut BPDP-KS),Catur Ariyanto Widodo (Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Risiko BPDPKS). Serta anggota MBI antara lain Dr.Ir. Andreas W, Prof.Dr.Ir.Subagjo, Dr.Ir Nanang Untung, Sahat M.Sinaga, Dr.Ir.Tatang Hernas, dan Sapto Tranggono.
Sumber: Sawitindonesia.com