Best Planter Indonesia (BPI) mencetak sumber daya manusia perkebunan sawit. Pelatihan berupaya membentuk karakter pekebun, bermental baik, dan memahami teknis perkebunan.
Kegiatan Pelatihan Asisten Unggul (PAU) yang diadakan Best Planter Indonesia merupakan program unggulan melatih calon asisten kebun sawit yang diikuti mahasiswa tingkat akhir dan alumni dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan). Program ini dimulai April 2018, ditandai dengan penandatangan MoU antara Best Planter Indonesia dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Pertanian.
Program PAU telah bergulir semenjak April 2018 yang diikuti 150 peserta. Dengan rincian, PAU #1 diikuti 20 peserta, PAU #2 diikuti 50 peserta dan PAU #3 diikuti 80 peserta.
Selama 18 hari peserta PAU mendapatkan dua materi dasar yang terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama materi penguatan dan pembentukkan karakter selama 10 hari kerja sama dengan Dodik Bela Negara Rindam IV Diponegoro, Magelang Jawa Tengah. Sementara, untuk sesi kedua yaitu materi kompetensi dasar perkelapasawitan, selama 8 hari, di pusat pelatihan BPI, di Bogor, Jawa Barat.
Heri DB, Founder Best Planter Indonesia (BPI) mengutarakan Pelatihan Asisten Unggul menjadi program unggulan dari BPI untuk berkontribusi dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) industri Kelapa Sawit dengan tiga kriteria besar yaitu karakter, sikap mental dan kompetensi dasar perkelapasawitan. “Pembentukan karakter dan sikap mental, penting karena di perkebunan membutuhkan SDM yang kuat, displin, daya juang, tim kerja, percaya diri dan keberanian. Karakter dan sikap mental sangat kuat ada pada militer,” ujar Heri.
Ia melihat sikap disiplin dan bermental kuat lekat pada pribadi militer. Hal ini yang kemudian mendasari BPI kerja sama dengan instansi militer yaitu Dodik Bela Negara Rindam IV Diponegoro.
Menurutnya di sektor perkebunan membutuhkan SDM yang dapat mengimplementasikan karakter pekerja seperti sikap displin yang sangat lekat dengan karakter militer. “Sebagai contoh, orang kebun harus memiliki sikap disiplin karena harus terjun ke kebun pagi harijika terlambat maka produktivitasnya akan jauh berkurang karena kerja kebun dibatasi waktu. Semakin siang terik matahari semakin panas dan produktifitas semakin rendah. Demikian juga aktivitas tanam, pupuk hanya bisa dikerjakan musim hujan, land clearing hanya efektif dimusim kering, jadi membutuhkan disiplin waktu yang tinggi.
“Dengan mengikuti diksar di Dodik Belanegara maka calon asisten akan mendapatkan pelatihan karakter dengan disiplin sangat kuat. Inilah nilai pertama yang harus ditanamkan kepada calon asisten kebun” kata Heri, saat ditemui di Dodik Bela Negara, Rindam IV Diponegoro, Magelang.
Selanjutnya, tambah Heri, selain sikap disiplin yaitu sikap mental harus tertanam pada diri calon asisten kebun untuk merespon atau menerima instruksi atasan. Interaksi pekerja di kebun selalu terjadi baik dengan atasan maupun bawahan, teman bekerja, masyarakat atau saat menghadapi persoalan. “Peserta dilatih memiliki sikap mental positif yaitu kemampuan merespon setiap instruksi atau persoalan yang dihadapi secara positif. Pelatihan sikap mental harus diajarkan kepada calon SDM yang akan bekerja di kebun karena sangat memudahkan bagi mentor atau manager untuk membangun kemampuan teknis secara cepat,” ungkapnya.
Sikap mental tak kalah penting untuk ditanamkan pada calon pekerja baik yang bertugas di dalam kantor maupun di lapangan (kebun). Jika sikap ini sudah tertanam pada diri seorang pekerja maka akan mudah menerima instruksi atau merespon persoalan di lingkungan kerja. Tetapi, jika sikap mental tidak tertanam kerap terjadi seorang pekerja dengan mudah menolak instruksi dari atasan.
Sumber: Sawitindonesia.com