JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Keinginan petani mendirikan pabrik sawit ternyata mendapatkan dukungan berbagai pihak. Petani disarankan menghasilkan minyak sawit yang dapat dipakai memenuhi kebutuhan green fuel Pertamina. Sahat Sinaga, Ketua Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia, Sahat Sinaga, Ketua Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia, menuturkan lahirnya katalis merah putih yang dikembangkan Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan potensi besar bagi pabrik sawit petani. Pabrik sawit petani sebaiknya  memilih jenis produk minyak sawit untuk kebutuhan energi dan bahan bakar.

Ia menyarankan supaya pabrik petani menghasilkan minyak sawit jenis Industrial Vegetable Oil (IVO). Dengan memilih produksi IVO, petani tidak perlu pusing memikirkan tingginya asam lemak bebas atau free fatty acid. Selama ini, buah petani kurang dihargai bagus karena persoalan asam lemak bebas tersebut. Adapun penyebab tingginya asam lemak bebas yaitu tingkat kematangan buah, buah terlambat dikirim ke pabrik, dan pemanenan yang kurang bagus. Alhasil petani tidak lagi kelimpungan memikirkan masalah tersebut.

Benefit lain IVO adalah traga oil mill lebih efisien, biaya produksi rendah, dan menjaga harga TBS (Tandan Buah Segar) sawit petani. “Kalau pabrik petani hasilkan IVO dapat memasok kebutuhan Pertamina dan pembangkit listrik PLN,” jelas Sahat Dialog Webinar Sesi Kedua UMKM Sawit bertemakan Peluang Pengembangan Mini CPO Plant bagi UMKM Sawit yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Jumat (14/8/2020)..

Ia mengatakan teknologi pabrik sawit petani sebaiknya tidak menggunakan teknologi usang. Pakailah teknologi terkini dan disesuaikan kondisi geografis kebun petani. Dalam mengelola pabrik, pengurus koperasi/kelompok tani disarankan menggunakan tenaga professional.

“Supaya pabrik berhasil, manajemen pabrik sebaiknya dikelola profesional. Bukan pengurus koperasi yang mengelola pabrik,” ujar Sahat.

Disarankan pula perkebunan sawit milik petani berada dalam satu entitas korporasi dengan pabrik sawit. Kerapihan manajemen ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pabrik sawit.

Sahat mengatakan Pertamina tidak perlu pusing mencari bahan baku untuk green fuel. Lantaran, pabrik sawit petani dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sekarang ini, perkebunan sawit petani mencapai 41% dari total luas perkebunan sawit 16,3 juta hektare di Indonesia.

Pada Juli kemarin, Nicke Widyawati, Dirut Pertamina mengusulkan dibuat aturan domestic market obligation (DMO) minyak sawit untuk menjaga keberlangsungan bisnis Pertamina. Pasalnya, Pertamina sedang mengembangkan produk bahan bakar berbasis sawit seperti D100, bioavtur, dan green gasoline.

Dijelaskan Nicke bahwa perluasan program B30 menjadi D100 serta inovasi green fuel akan meningkatkan kebutuhan CPO di dalam negeri. Dikhawatirkan peningkatan ini  akan mendongkrak harga CPO

Sumber: Sawitindonesia.com