Minyak Kelapa Sawit atau crude Palm Oil (CPO) diperkirakan melanjutkan reli pada pekan ini, seiring dengan pelemahan pasokan dan kenaikan harga minyak bumi.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan dalam risetnya bahwa harga CPO masih berpotensi untuk melanjutkan relinya pada pekan ini seiring dengan prediksi penurunan produksi CPO Malaysia, salah satu produsen CPO terbesar dunia.
“Kami memproyeksikan produksi CPO Malaysia untuk periode Desember akan lebih rendah dari bulan sebelumnya, mungkin sentimen ini akan menimbulkan risiko kenaikan harga CPO global untuk pekan ini,” ujar Andy dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (8/1).
Adapun kemarin, Rabu (8/1), CPO mendekati level tertinggi dalam hampir 3 tahun bersamaan dengan reli harga minyak bumi dan kekhawatiran pasar tentang pelemahan pasokan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (8/1) hingga pukul 15.05 WIB, harga CPO untuk kontrak Maret 2020 di bursa Malaysia bergerak menguat 0,23% menjadi 3.049 ringgit per ton, bertahan bergerak di dekat level tertingginya sejak 2016.
CPO telah melonjak sebesar 52 % sejak September 2019, didukung oleh optimisme atas permintaan biofuel yang kuat di Indonesia dan Malaysia, serta inventaris yang lebih lemah dan kekhawatiran tentang gangguan pasokan. Sepanjang 2019, harga CPO menguat secara impresif hingga 38,41%.
Berdasarkan jajak pendapat beberapa analis oleh Bloomberg, cadangan minyak sawit Malaysia kemungkinan turun ke level terendah dalam lebih dari 2 tahun pada Desember karena output turun ke level terendah dalam 18 bulan terakhir.
Cadangan CPO Malaysia Desember 2019 diperkirakan turun sekitar 8,4% dibandingkan dengan periode sebelumnya menjadi 2,07 juta metrik ton, level terendah sejak September 2017. Penurunan tersebut juga merupakan penurunan bulanan ketiga berturut-turut dan menjadi persediaan dengan level persediaan akhir tahun paling kecil sejak 2016.
Selain itu, berdasarkan jajak pendapat tersebut, produksi CPO Malaysia juga turun 12,3% dari bulan sebelumnya menjadi 1,35 juta ton, penurunan ketiga berturut-turut dan tingkat produksi bulanan terlemah sejak Juni 2018.
Perkiraan itu akan berarti produksi CPO Malaysia selama setahun penuh 2019 berada di sekitar 19,87 juta ton dan ekspor CPO Desember kemungkinan akan turun 5,7% menjadi 1,32 juta ton, memperpanjang penurunan untuk bulan kedua.
IMPOR INDIA
Di sisi lain, Pemerintah India meminta para penyuling dan pedagang CPO untuk menghindari pembelian dari Malaysia. Mengutip Reuters, hal itu dilakukan oleh Pemerintah India karena protes keras dari Pemerintah Malaysia terkait persoalan Khasmir dan hukum kewarganegaraan di India.
Adapun, persediaan CPO Malaysia diperkirakan melonjak jika India mengurangi pembelian dan harga akan gagal untuk melanjutkan relinya yang baik pada tahun ini, mengingat India merupakan konsumen terbesar di dunia.
“Dalam pertemuan hari Senin, kami diberitahu secara lisan untuk menghindari pembelian minyak sawit dari Malaysia,” ujar salah satu pejabat yang menghadiri pertemuan di New Delhi.
Sumber: Bisnis Indonesia