Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memprediksi terjadi penurunan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan produk turunannya ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada tahun ini. “Selain dampak serangan Virus Korona, perayaan Imlek yang tertunda di Februari membuat permintaan CPO dan produk turunan dari RRT berkurang,” ujar Ketua Umum DMSI Derom Bangun seperti dilansir Antara di Medan, Sumatera Utara (Sumut), kemarin.

Penurunan ekspor diperkirakan terjadi minimal hingga triwulan 1-2020 atau semester 1-2020. Padahal, pada akhir tahun 2019, ekspor minyak sawit Indonesia meningkat pesat. Peningkatan ekspor terjadi didorong oleh ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan RRT. Menurut catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), ujar Derom, ekspor ke RRT selama 2019 mencapai 6 juta ton di luar oleokimia dan biodiesel. Catatan Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) dan Asosiasi Produsen biofuel (Aprobi), ekspor oleokimia dan biodiesel ke RRT mencapai 825 ton. “Untuk 2020 akan terjadi penurunan ekspor terutama di kuartal 1-2020 akibat dampak Virus Korona dan menurunnya permintaan karena perayaan Imlek terganggu sehingga konsumsi yang biasanya meningkat pada saat itu berkurang,” ujar Derom.

Derom Bangun menuturkan, penurunan ekspor akan semakin dirasakan karena ada perundingan baru antara AS dan RRT mengenai perdagangan. Perundingan baru itu kemungkinan besar akan memulihkan perdagangan antara AS dan RRT. Pulihnya kembali impor kedelai RRT dari AS akan kembali mengurangi impor minyak sawit dari Indonesia. “DMSI berharap ekspor CPO ke RRT bisa kembali pulih pada kuartal 11-2020. Semoga Virus Korona yang mewabah di RRT bisa diatasi sehingga perdagangan negara itu kembali normal,” ujar Derom.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GMNI) Sahat Sinaga mengatakan, pelemahan permintaan minyak sawit dari Tiongkok sebenarnya telah terjadi sejak dua bulan terakhir, khususnya untuk produk hilir, salah satunya diduga kuat karena menyebarnya Virus Korona. Produk hilir sawit Indonesia yang masuk ke Tiongkok yang paling besar volumenya adalah margarin, shortening, dan minyak goreng. “Kalau lihat statistik, volume ekspor sawit ke Tiongkok dalam dua bulan terakhir sudah turun, sekitar 15% setiap bulan, makanya sekarang kami arahkan pasar ke negara-negara Afrika Timur,” kata Sahat,

 

Sumber: Investor Daily Indonesia