Jakarta – Indonesia, produsen minyak kelapa sawit terbesar dunia mencatat peningkatan ekspor, ditengah penurunan produksi. Asosiasi Minyak Sawit Indonesia mencatat ekspor di bulan Juli meningkat 13 persen dari bulan sebelumnya.
“Dari Januari hingga Juli, ekspor minyak sawit ke India meningkat 22 persen dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi 3,249 juta ton,” kata asosiasi itu seperti diberitakan dari Nikkei Asia, Senin, 26 Oktober 2020.
Eropa dan negara subtropis lainnya kesulitan karena masalah Covid-19, (dan) pasti produksinya relatif turun.
Namun menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Joko Supriyono, produksi minyak sawit turun 9 persen menjadi 23,5 juta ton. Penurunan produksi tersebut merupakan imbas dari penurunan harga minyak pada 2018 dan kemarau panjang tahun lalu.
Pandemi berdampak pada ekspor minyak sawit Indonesia yang turun 11 persen pada semester pertama 2020 menjadi 15,5 juta ton. Namun, kenaikan harga menyebabkan ekspor naik 6 persen menjadi US$ 10,1 miliar.
Joko menyebutkan, oleokimia – bahan kimia yang berasal dari lemak hewani dan nabati seperti minyak sawit dan yang banyak digunakan dalam produk rumah tangga dan perawatan pribadi – mengungguli produk minyak sawit lainnya. Produk ini mencatat peningkatan volume ekspor sebesar 24 persen menjadi 1,8 juta ton.
“Ini mungkin terkait dengan pandemi – meningkatnya permintaan disinfektan, pembersih tangan dan (produk) pembersih lainnya,” ucap Joko.
Sementara itu, para pelaku industri menilai prospek ekspor minyak sawit di sisa tahun ini cukup baik. “Eropa dan negara subtropis lainnya kesulitan karena masalah Covid-19, (dan) pasti produksinya relatif turun. Jadi, tidak heran jika kita melihat harga minyak sawit terus naik,” kata Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Minyak Nabati Indonesia.
Meskipun permintaan mulai pulih, faktor lain yang mempengaruhi harga adalah kesulitan yang dihadapi pemasok dalam mendapatkan tenaga kerja yang cukup untuk melanjutkan panen kelapa sawit. Tenaga kerja seringkali pekerja asing dari negara tetangga seperti Filipina. Namun pembatasan masuk ke negara penghasil minyak sawit menyebabkan terhambatnya pergerakan mereka.
Kenaikan harga minyak sawit juga karena pulihnya permintaan dari China dan India serta kekurangan tenaga kerja di negara produsen akibat pandemi. Harga indeks di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berada di 3.064 ringgit (US$ 737) per ton pada pertengahan Oktober, naik 38 persen dari tahun lalu
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling umum digunakan di dunia, dengan kegunaan utamanya dalam makanan tetapi juga untuk kosmetik dan biofuel. Indonesia dan Malaysia menyumbang 90 persen dari pasokan global. []
Sumber: Tagar.id