Workshop sosialisasi dan perencanaan kerja proyek pemerintah Germany dan Indonesia dalam wadah GIZ SASCI (Deutche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit, Sustainable Agricultural Supply Chains) dilaksanakan di Hotel Sheraton Bandung, 29-30 Januari 2020. Forum ini dilaksanakan atas inisiasi GIZ SASCI yang diketuai oleh Per Rasmunssen selaku Project Leader dan dibuka secara resmi oleh Sekretaris Ditjen Perkebunan Kementan, Antarjo Dikin.

Dikatakan Per Rasmunssen, proyek GIZ ini merupaka proyek lanjutan yang diinisiasi oleh pemerintah Jerman dari program BMZ DC “Climate and Forest Protection 2018 – 2020” dengan tujuan meningkatkan mata pencaharian masyarakat pedesaan miskin di Indonesia melalui perlindungan habitat alami dan pengelolaan hutan berkelanjutan, serta menghindari deforestasi dan degradasi yang mengarah kepada penurunan emisi GRK. Terdapat 3 proyek dalam program ini yaitu FORCLIME dan PROPEAT bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), serta SASCI bersama dengan Kementerian Pertanian.

Proyek SASCI dirancang pada tahun 2017, dengan Kementerian Pertanian sebagai mitra politik, untuk mengatasi deforestasi dari sektor kehutanan dan pertanian. Perjanjian Kerja Sama Teknis antara pemerintah Jerman melalui GIZ dengan pemerintah Indonesia melalui Ditjen Perkebunan ditandatangani pada bulan Mei 2019. Dalam progrm GIZ, secara nasional Direktur Jenderal perkebunan sebagai ketua pengarah, Direktur PPH Perkebunan sebagai sekretaris dan sekretaris Ditjen. Perkebunan sebagai anggota Bersama dengan 7 stakeholders lainnya.

Dalam sambutannya Antarjo Dikin mengungkapkan, pihaknya mengapresiasi terlaksananya proyek GIZ SASCI ini, untuk mengangkat taraf hidup pekebun karet dan sawit yang selama ini tertekan karena dinamika harga dunia. Walaupun inisiasi awal di Kabupaten Kapuas Hulu, diharapkan bisa direplikasi ke daerah sentra komoditas sawit dan karet lainnya sehingga daya pengungkitnya besar untuk peningkatan kesejahteraan petani rakyat.

Pada komoditas karet, bantuan dari project ini memberikan capacity building kepada pekebun rakyat di kawasan pedalaman dengan harapan tidak terjadi deforestasi dalam usaha perkebunan karet atau sawit. Pembinaan petani yang teregistrasi dan dapat mengimplementasikan minimal deforestasi dengan bantuan teknik GAP yang baik maka akan meningkat produk yang premium maka diharapkan Perusahaan Pabrik Ban Continental German memberi harga premium.

Kedepan diharapkan kerjasama Indonesia Germany dalam GIZ untuk karet Pemerintah Germany memberikan subsidi harga kepada petani karet tidak langsung apabila dijual kepada Continental harga selalu tinggi melebihi rata-rata tanpa dipengaruhi oleh harga global. Karena saat ini pekebun karet di Kalimantan belum mendapatkan previllage harga tinggi. Selain itu diusulkan kalau harga tak begitu tinggi diminta perusahaan industri German melakukan investasi di Indonesia membangun pabrik industri karet untuk kepentingan negara Uni Eropa dan penjualan produk hilirisasi keseluruh dunia sehingga karet rakyat terserap.

“Selain itu, terkait penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) di komoditas Sawit kami mengusulkan agar ada pengakuan kesetaraan dengan RSPO yang diterima di EU, kalau belum bisa diterima komponen apa yang harus Indonesia perbaiki,” kata Antarjo.

Lebih lanjut kata Antarjo, secara makro memang kita perlu dukung terkait sustainable untuk mengamankan bumi dari perubahan iklim dan gas rumah kaca. “Namun kita meminta agar negara-negara di dunia tidak hanya memanfaatkan Indonesia untuk menyelamatkan paru-paru dunia tanpa ada konvensasi pengentasan kemiskinan pekebun kawasan pedalaman,” tandas Antarjo, dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT.

 

Sumber: Infosawit.com