KOTABARU – PT Golden Hope Nusantara (GHN) akan memproduksi minyak goreng dalam kemasan dengan merek Alif di Kalimantan Selatan (Kalsel) mulai Desember 2018 dan memasarkannya awal 2019. Untuk tahap awal, perusahaan itu akan memproduksi 300 metrik ton minyak goreng kemasan 1 liter dan 2 liter setiap bulannya, dengan target pasar Kalsel, Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Tengah (Kalteng)-.

Head PT GHN Mohd Hamdi Abdul Karim mengatakan, pabrik migor PT GHN adalah yang pertama di Kalsel. PT GHN akan memulai produksi dan pengemasan pada Desember dengan kurun waktu sekitar tiga bulan, sehingga awal 2019 sudah bisa dipasarkan. Biaya investasi untuk pabrik pengemasan minyak sekitar Rp 3 miliar. “Kami akan memproduksi minyak goreng sekitar 300 metrik ton atau 300 ribu liter per bulan. Minyak goreng Alif akan diproduksi dengan kemasan 1 liter dan 2 liter dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah,” kata Hamdi saat kunjungan media di Kantor PT GHN, Kotabaru, Kalsel, Kamis (26/7).

Untuk lokasi pemasaran, terang dia, akan difokuskan di Kalsel, baru kemudian bergeser ke Kalteng dan Kaltim. Apabila hasilnya memuaskan, produksi akan ditingkatkan menjadi 1.100-1.200 metrik ton per bulan. Untuk perluasan pasar, Kaltim dinilai lebih berprospek dari Kalteng. “Di Kaltim sudah ada distributornya, namun masih kita liat dulu,” kata dia.

Hamdi menjelaskan. Kalsel dipilih karena lokasinya dekat dengan pabrik PT GHN, sehingga membuat biaya logistik lebih murah. Selama ini, produk minyak yang berada di pasaran selalu berasal dari Jawa atau Sumatera. “Kami melihat ada potensi untuk masuk di sini dengan harga yang menarik,” ucap dia.

PT GHN menyasar target masyarakat muslim dan perusahaan sudah mendapat sertifikasi halal dari MUI. Karena itu pula, produksi minyak PT GHN dinamakan Alif yang merupakan huruf pertama dari abjad Bahasa Arab. Peluncuran produk minyak Alif sebagai persembahan PT GHN, yang merupakan anak perusahan dari Minamas Grup, untuk mewujudkan komitmenya dalam melakukan hilirisasi produk dari perkebunan sawit. Melalui produksi minyak goreng itu, PT GHN akan terus membangun kemitraan dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, masyarakat, maupun pengusaha. “Diharapkan juga dapat membantu menggerakkan roda perekonomian daerah yang akhirnya menyejahterakan rakyat sekitar,” kata dia.

Masih Kompetitif

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Gabungan .Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, pasar minyak di Kalimantan Selatan (Kalsel) masih kompetitif. “Sebaiknya, PT GHN fokus di sana dan jangan memasang mesin yang mahal agar tidak terlalu mahal biaya produksinya. Karena market share-nya per tahun hanya 200 ribu ton atau 200 juta liter,” kata dia.

Dia juga menyarankan PT GHN untuk menekan biaya logistik, caranya PT GHN bisa membeli mesin dari Pindad karena perusahaani itu mampu membuat mesin murah dan bagus. Di sisi lain, apabila PT GHN menyasar masyarakat menengah ke bawah maka perusahaan itu harus menentukan siapa distributor untuk penetrasi ke kampung-kampung, sebab daerah Kalimatan Selatan masih remote area dengan jarak 200 km.

PT GHN berencana menjual minyak Alif dalam kemasan 1 liter dan 2 liter. Namun menurut Sahat akan lebih baik apabila perusahaan itu menjual minyak goreng dengan kemasan 0,5 liter dan 0,25 liter. “Kalau 1 liter cenderung tidak laku, lebih baik dia jual 0,5 liter atau 0,25 liter. Kalau 1 liter siapa yang mau beli,” ucap Sahat. Biaya produksi minyak goreng kemasan 0,5 dan jarak 200 km sebesar Rp 1.800 per kemasan.

Senada dengan Hamdi, Sahat juga menerangkan, untuk perluasan pasar, Kalimantan Timur yang lebih berpontesial karena belum ada pabrik di provinsi tersebut “Surabaya juga bisa karena jarak antara Banjarmasin ke sana tidak jauh. Mamuju Sulawesi Barat juga bagus,” jelas dia.

Leonard AL Cahyoputra

 

Sumber: Investor Daily Indonesia