JAKARTA. Sempat terkoreksi, harga crude palm oil (CPO) atawa minyak sawit kembali menguat di pengujung tahun lalu. Harga naik karena pasokan CPO kembali tersendat akibat kekhawatiran penyebaran Covid-19 varian omicron yang meluas.
Jumat (31/12), harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange kontrak Maret 2022 ditutup di RM 4.720 per ton, naik 1,52% dalam sepekan. Sepanjang 2021, harga CPO melambung 70,58%.
Sebelum kembali naik, sepekan lalu harga CPO sempat melemah ke bawah RM 4.400 pe ton. Research Development ICDX Girta Yoga mengatakan, harga CPO sempat terperosok lantaran pelaku pasar merespons negatif kabar penyebaran omicron. “Penyebaran virus omicron di berbagai negara memunculkan kekhawatiran akan penumnan permintaan CPO di pasar,” kata Yoga, Kamis (30/12).
Meski ada ancaman dari sisi permintaaan akibat penyebaran varian omicron, harga CPO berhasil kembali naik. Kekhawatiran pelaku pasar berkurang setelah sejumlah pengamat kesehatan mengatakan dampak varian omicron tidak akan separah varian delta.
Di sisi lain, berbagai negara sudah melakukan antisipasi dengan melakukan pembatasan kegiatan. Ini membuat pasokan CPO menurun. “Tenaga kerja di perkebunan sawit mengalami kekurangan,” kata Yoga. Penurunan pasokan CPO juga dipengaruhi oleh curah hujan yang lebih tinggi di negara produsen sawit.
Yoga memprediksi tahun ini harga CPO akan tetap berada pada tren bullish, setidaknya di kuartal 1-2022. Sentimen positif datang dari efek badai Ia nina. Selain itu, permintaan CPO biasanya naik saat perayaan imlek.
Kelanjutan program manda-tori biodiesel di Indonesia pada tahun ini juga akan menjadi sorotan pelaku pasar. Bila berjalan, permintaan CPO akan naik. Selain itu, wacana Indonesia menyetop ekspor CPO mentah untuk tujuan hi-lirisasi juga bisa menaikkan harga CPO.
Yoga memprediksi resistance CPO di kuartal 1-2022 berada di RM 5.000-RM 5.250 per ton. Sementara support ada di RM 4.500-RM 4.250.
Sumber: Harian Kontan