JAKARTA, investor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives lanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (17/8/2022). Dengan demikian, harga CPO mengalami penguatan dalam dua hari terakhir.

Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Rabu (17/8/2022), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman September 2022 naik 10 Ringgit Malaysia menjadi 4.166 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Oktober 2022 terkerek 6 Ringgit Malaysia menjadi 4.176 Ringgit Malaysia per ton.

Advertisement

Sementara itu, kontrak pengiriman November 2022 menguat 11 Ringgit Malaysia menjadi 4.193 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Desember 2022 terdongkrak 14 Ringgit Malaysia menjadi 4.214 Ringgit Malaysia per ton.

 

Serta, kontrak pengiriman Januari 2023 naik 1 Ringgit Malaysia menjadi 4.247 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Februari 2023 meningkat 6 Ringgit Malaysia menjadi 4.293 Ringgit Malaysia per ton.

Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, pergerakan harga CPO pekan ini akan sangat bergantung pada rilisnya data penting pada awal pekan antara lain bea keluar CPO Indonesia untuk paruh kedua Agustus. “Serta, data ekspor CPO Malaysia untuk paruh pertama Agustus,” ungkapnya kepada Investor Daily, belum lama ini.

Yoga menjelaskan, dari Indonesia antara lain keputusan bea keluar CPO Indonesia untuk paruh kedua Agustus dan perkembangan terkait kebijakan DMO serta B40. Sementara dari Malaysia antara lain rilisnya data ekspor CPO Malaysia untuk paruh pertama Agustus serta perkembangan isu tenaga kerja.

 

Yoga menambahkan tren pergerakan harga minyak nabati, terutama minyak kedelai, mempertimbangkan sentimen yang ada saat ini yaitu cuaca buruk di negara produsen utama seperti AS dan Brasil, maka harga berpotensi bergerak bullish. “Meski demikian, ada sentimen yang berpotensi membuat harga terkoreksi, yaitu dari situasi ekspor melalui jalur Laut Hitam yang kembali pulih,” jelasnya.

Lebih lanjut Yoga mengatakan, untuk sentimen yang dipantau antara lain perkembangan situasi ekspor Ukraina melalui jalur Laut Hitam dan juga sinyal dimulainya perang tarif baru antara AS dan Tiongkok.

“Untuk potensi resistance minyak kedelai berada di kisaran harga US$ 650-700 per ton. Apabila menemui katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju support di kisaran harga US$ 400 – 350 per ton,” tutup Yoga.

 

Sumber: Investor.id