Petani sawit di Kalbar mengeluhkan harga TBS kelapa sawit yang rendah.
Pulau Kalimantan merupakan daerah penghasil sawit terbesar setelah pulau Sumatra.
Kini sebagian masyarakat di Kalbar bergantung ekonomi dari kelapa sawit.
Turunnya harga TBS kelapa sawit saat ini dikeluhkan petani sawit asal Desa Jelai Hulu Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang, Ropinus mengakui kondisi anjloknya harga sawit membuat kemampuan ekonomi melemah.
Kondisi ini tentunya tidak dialami oleh dirinya saja, namun juga para petani lainnya.
“Kondisi harga jatuh ini membuat ekonomi masyarakat terpuruk. Kalau harga bisa kembali normal, geliat ekonomi masyarakat tentu akan meningkat,” ungkapnya kepada Tribun Pontianak, Minggu (30/12/2018).
Ropinus berharap harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit dapat kembali pulih dan naik ke kisaran Rp 1.300. Sebab, saat ini harganya berada jauh di bawah angka itu.
“Kemarin itu paling tinggi Rp 1.300,” katanya.
Kabar baik datang dari pasar minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Bursa Derivatif Malaysia merilis adanya kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah sebesar 0,67 persen ke posisi ringgit Malaysia MYR sebesar 2.119 per ton.
Berdasarkan keterangan yang dirilis Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, kemungkinan besar, kenaikan tersebut masih akan berlanjut dari perdagangan menjadi 2.105 per ton.
Penguatan harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mencapai kenaikan setelah adanya kabar baik dari New Dehli, India.
Kabar baik itu meliputi potongan bea impor minyak sawit mentah.
Apalagi mereka sudah memutuskan kesepakatan dengan negara di Asia Tenggara.
India menaikkan bea impor minyak sawit hingga 44 persen dari angka sebelumnya yang hanya 30 persen.
Sedangkan bea impor olahan minyak mereka naik dari 40 persen menjadi 55 persen.
Dengan kebijakan ini, para investor bergairah untuk melakukan aksi beli.
Alasannya semakin rendah bea impor maka keuntungan yang didapatkan akan semakin tinggi.
Sebagaimana diketahui, India merupakan negara dengan jumlah impor minyak kelapa sawit mentah di dunia dengan total importir sebesar 5,44 juta ton.
Angka sebanyak itu sebagain besar berasal dari Indonesia.
Sedangkan dari Malaysia angkanya hanya sebesar 1,98 juta ton.
Kemudian, sentimen positif juga terjadi dari rivalnya, yaitu minyak kedelai.
Tercatat, hingga siang tadi harga minyak kedelai sudah diperdagangkan sebanyak 12.302 lot pada volume 25 ton/lot.
Jumlah ini meningkat dari jumlah perdagangan kemarin yang hanya 7.163 lot.
Namun demikian, kenaikan ini sedikit terhambat karena adanya penguatan nilai Ringgit Malaysia terhadap greenback.
Hingga pukul 15:50 WIB tadi, nilai ringgit terapresiasi sebesar 0,36 persen di hadapan dolar.
Sekedar diketahui, nilai mata uang ringgit di bursa Malaysia sedang menguat yang akan berdampak pada naiknya harga minyak yang berasal dari sawit.
Hal ini yang membuat permintaan olahan sawit sedikit tergerus.
Sumber: Pontianak.tribunnews.com