Harga minyak mentah terbang tetapi harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ambruk pada pekan ini.
Harga minyak mentah jenis brent pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (4/8/2023) ditutup di posisi US$86,82 per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis WTI ditutup di posisi US$ 82,82 per barel.
Posisi penutupan minyak WTI dan brent pada pekan ini adalah yang tertinggi sejak 14 April 2023 atau hampir empat bulan terakhir.
Dalam sepekan, harga minyak brent melesat 1,5% sementara harga minyak jenis WTI 2,8%.
Dengan demikian, harga minyak mentah enam pekan beruntun. Rekor tersebut adalah yang terbaik sejak awal Februari 2023.
Harga minyak terbang setelah produsen OPEC berencana memangkas kembali produksi.
Arab Saudi dan Rusia, produsen minyak mentah terbesar kedua dan ketiga di dunia, berjanji untuk memangkas produksi hingga bulan depan.
Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk bulan Agustus hingga September 2023. Produksi minyak Arab untuk September akan menjadi sekitar 9 juta barel per hari (bph)
Produsen raksasa lain Rusia juga akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada bulan September.
OPEC+ menyetujui kesepakatan untuk membatasi pasokan hingga 2024 pada pertemuan kebijakan terakhirnya pada bulan Juni, dan Arab Saudi menjanjikan pengurangan produksi sukarela untuk bulan Juli yang telah diperpanjang hingga Agustus.
OPEC+, yang memasok sekitar 40% minyak mentah dunia, telah membatasi pasokan sejak akhir 2022. Langkah tersebut dilakukan untuk mengerek harga minyak setelah jatuh karena pandemi Covid-19.
Harga minyak mentah juga terbang karena naiknya permintaan, terutama dari Asia.
Impor minyak mentah Asia naik ke rekor tertinggi pada Juli karena dua pembeli terbesar di kawasan pengimpor utama, China dan India, terus membeli minyak Rusia dalam jumlah besar dengan harga diskon.
Kawasan Asia mengimpor minyak sebanyak 27,92 juta barel per hari (bph) pada Juli. Jumlah tersebut melampaui rekor tertinggi sebelumnya pada Mei sebesar 27,35 juta bph dan lebih tinggi dari Juni sebesar 27,53 juta bph.
Di luar China, pembeli utama Asia lainnya yakni India juga meningkatkan impor. Impor India diperkirakan mencapai tertinggi lima bulan sebesar 4,94 juta barel per hari.
Di tengah lonjakan permintaan, American Petroleum Institute mengindikasikan pada hari Selasa bahwa stok minyak mentah AS turun sekitar 15,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 28 Juli 2023.
AS pun berencana membeli kembali minyak untuk cadangan ketika harganya US$67 hingga US$72 per barel demi mengamankan pasokan mengingat konsumsi minyak tengah naik.
CPO Hancur Lebur
Berbanding terbalik dengan minyak, harga CPO justru hancur lebur. Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (4/8/2023), ditutup di posisi MYR 3.859 per ton. Harganya naik 0,92%.
Kendati menguat, secara keseluruhan harga CPO jeblok 3,67% sepekan. Artinya, harga CPO sudah jatuh dua pekan beruntun. Harga CPO bahkan terdepak dari level psikologis MYR 4.000 per ton pada pekan ini.
Harga CPO jatuh dipicu oleh ambruknya ekspor Malaysia serta penguatan ringgit.
Harga CPO sempat terbang pada perdagangan Rabu pekan ini setelah India melaporkan kenaikan impor minyak nabati ke rekor terbaru yakni 1,76 juta metrik ton.
Kenaikan juga disebabkan kebutuhan meningkatkan pasokan untuk festival yang akan datang karena ketidakpastian pasokan dari Laut Hitam.
Namun, melemahnya permintaan serta penguatan ringgit membuat harga CPO jeblok. Pelemahan permintaan terutama datang dari Eropa.
Impor CPO Eropa hanya mencapai 952.274 ton pada Januari-Juli 2023. Jumlah tersebut anjlok 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1,27 juta ton.
Turunnya permintaan membuat inventori CPO Malaysia mencapai level tertingginya dalam lima bulan.
Inventori CPO Malaysia mencapai 1,79 juta ton pada Juli, atau meningkat 4,2% dibandingkan Juni 2023.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20230806075530-17-460528/harga-minyak-naik-gila-gilaan-karena-arab-cpo-longsor-parah