Jakarta – Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengeluhkan tingginya harga pupuk saat ini. Ia menyebut harga sawit saat ini sedang turun sementara biaya produksi justru meningkat lantaran harga pupuk melonjak dari Rp 300 ribu menjadi Rp 1,2 juta per sak.

Karena itu, Gulat meminta kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menyalurkan subsidi untuk meredam kenaikan harga pupuk. Menurut dia, pemerintah harus berlaku adil dan tidak hanya memberikan subsidi untuk minyak goreng saja.

“Seperti kata Pak Joko Widodo. Semua harus setara seimbang, tidak boleh berpihak. Jangan hanya melihat kepentingan yang satu tapi kepentingan yang lain tidak diperhatikan,” kata Gulat saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.

Adapun Apkasindo memperkirakan tahun ini produktivitas sawit di Tanah Air akan turun sampai 15 persen. Tetapi Apkasindo mencatat harga tandan buah segar kini sudah stabil di angka Rp 5.000 per kilogram. Sehingga, menurut Apkasindo, masalah yang dihadapi petani sawit saat ini hanya soal tingginya harga pupuk.

“Saya pikir hanya orang pikun lah yang mengatakan petani sawit bahagia. Maka dari itu kami melakukan berbagai macam terobosan untuk mencapai apa yang kita sebut dengan kesetaraan,” ujar Gulat.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga mengatakan hingga saat ini pemerintah hanya memberikan subsidi pupuk kepada petani yang menanam produk pangan.  Sedangkan untuk pupuk jenis perkebunan, kata dia, tidak ada subsidi sama sekali.

Ia menilai kondisi itu tidak adil. Pasalnya, petani sawit terus menerus diminta untuk menaikan produksinya. tetapi tidak ada bantuan pupuk yang bisa menggenjot hasil panen petani. “Jadi jangan satu sisi kami disuruh untuk produksi tinggi tapi di sisi lain pupuk digembosi oleh Kemendag,” pungkasnya.

sumber: https://bisnis.tempo.co/read/1684191/harga-pupuk-melonjak-petani-kelapa-sawit-minta-subsidi