Jakarta, CNBC Indonesia – Tren penguatan harga kontrak futures (berjangka) minyak sawit mentah (CPO) Malaysia membawanya dekati level tertinggi dalam 10 tahun di RM 3.900/ton. Namun karena naiknya sudah terlalu kencang, harga komoditas unggulan RI dan Malaysia tersebut terkoreksi hari ini, Kamis (7/1/2021).

Harga kontrak yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange tersebut turun 0,23% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Harga kontrak CPO yang kadaluwarsa pertengahan Maret tersebut dibanderol di RM 3.868/ton. Padahal kemarin harga CPO ditutup di RM 3.877/ton.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters juga memperkirakan penurunan di kisaran yang sama. Apabila hal tersebut terjadi, stok CPO akan berada di level terendahnya dalam 13 tahun terakhir.

Kendati ada kenaikan pungutan ekspor minyak sawit tetapi ketatnya pasokan akibat cuaca ekstrem dan hujan lebat akan tetap mendongkrak harga. Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOC) memperkirakan harga CPO bisa menyentuh level tertingginya di RM 3.850/ton pada kuartal pertama tahun ini.

Reuters melaporkan rata-rata harga CPO untuk kuartal pertama tahun ini akan berada di RM 3.650. Proyeksi tersebut disampaikan oleh CEO MPOC Datuk Dr Kalyana Sundram dalam acara Malaysian Palm Oil Trade Fair and Seminar Digital 2021.

Lebih lanjut Sundram mengatakan harga CPO baru akan mulai turun pada kuartal kedua dan ketiga. Sehingga secara rata-rata harga CPO tahun ini diperkirakan berada di RM 3.217/ton.

Faktor yang mempengaruhi pergerakan harga CPO masih terkait dengan fenomena iklim La Nina yang menyebabkan hujan lebat, pandemi Covid-19, stimulus ekonomi dan tensi geopolitik.

Kenaikan harga CPO yang tinggi hari ini juga tak terlepas dari melesatnya harga minyak mentah menyusul pemberitaan bahwa Arab Saudi bersedia secara sukarela untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 1 juta barel per hari (bph).

CPO merupakan salah satu bahan baku biodiesel yang menjadi bahan bakar substitusi minyak, sehingga pergerakan harga minyak akan turut berpengaruh terhadap fluktuasi harga minyak nabati unggulan RI dan Negeri Jiran.

Beralih ke Indonesia, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memprediksi produksi CPO tahun ini mencapai 49 juta ton atau naik 3,5% dibanding tahun lalu.

Permintaan ekspor minyak sawit diperkirakan tembus mencapai 55,2 juta ton atau megalami kenaikan sebesar 11,5% dibanding tahun lalu. Konsumsi biodiesel juga berpotensi naik 11% tahun ini.

 

Sumber: Cnbcindonesia.com