JAKARTA – Pemerintah Indonesia menyatakan akan menghentikan impor komoditas dari Eropa jika parlemen Eropa bersikukuh menghentikan masuknya CPO dari Indonesia. Apalagi, sebenarnya Indonesia memiliki daya tawar tinggi karena beberapa peradilan Eropa mengizinkan minyak kelapa sawit mentah asal Tanah Air masuk ke negaranya.
“Kalau mereka mulai seperti itu, saya juga sampaikan ke Norwegia bahwa saya juga akan melarang ikannya masuk ke Indonesia. Juga dengan pembelian pesawat terbang, antara lain Airbus dan Boeing. Kalau ini terus berkembang maka bukan tidak mungkin kita akan menghentikan itu juga,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor Wapres Jakarta, Senin (9/4).
Diketahui, Parlemen Uni Eropa telah menyetujui rencana phase out biodiesel berbahan minyak sawit mentah atau crude palm oil pada 2021. Kendati belum final, rencana ini mengancam ekspor biodiesel RI.
Enggar mengatakan, dalam hal ini Indonesia dan Malaysia sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia harus melakukan kerja sama untuk menentang pembatasan tersebut. Oleh karena itu, duta besar Indonesia untuk Malaysia diminta untuk menjembatani pertemuan dengan Malaysia.
“Itu segera harus kita ambil langkah-langkah agar bisa berjalan dengan baik,” kata Enggar.
Enggar mengatakan, Indonesia sudah beberapa kali memenangkan perkara pembatasan ekspor CPO tersebut. Namun, Uni Eropa tetap bersikeras untuk melakukan pembatasan penggunaan produk turunan CPO.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Numan mengatakan, persoalan pembatasan CPO di Uni Eropa harus ditangani dengan serius. Sebab,,CPO merupakan salah satu penyumbang ekspor bagi Indonesia yakni sekitar 12 persen. Menurut dia, aturan yang dibuat oleh Uni Eropa tersebut dapat memengaruhi kebijakan-kebijakan yang lain.
“Sekarang itu yang terbangun adalah negative impression terhadap produk sawit, jadi arahan yang disampaikan oleh pak menteri perdagangan adalah kita jangan selalu defensif mulailah bergerak ke arah next step,” kata Oke.
Minyak sawit telah mengalami kampanye hitam sejak beberapa tahun lalu. Oke mengatakan, pada saat itu Indonesia selalu bersikap defensif dengan kampanye negatif bahwa sawit tidak sehat dan menjadi penyebab deforestasi. Menurut Oke, ketika itu Indonesia selalu menghadapi kampanye hitam tersebut secara defensif.
Oke mengatakan, saat ini Indonesia tidak bisa lagi menghadapi kampanye hitam CPO di Uni Eropa maupun Amerika Serikat (AS) dengan cara defensif. Menurut dia, Indonesia harus meningkatkan cara untuk menghadapinya melalui negosiasi dengan level playing field yang sama.
“Jadi, kalau dulu itu disebut sawit itu tidak sehat, kita sebut sehat, kemudian disebut deforestasi, kita sebut nggak, selalu defensif. Sekarang kita harus ada next level, masuk ke apa yang kita beli di sana, level playing field- nya disamakan,” ujar Oke.
Terkait dengan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA), Oke mengatakan, proses perundingan masih perlu dihitung lebih lanjut. Sebab, produk ekspor Indonesia ke Uni Eropa tidak hanya sawit, tapi juga ada produk-produk lainnya.
Sumber: Republika