Pemerintah geram atas perlakuan Uni Eropa (UE) perihal penerapan tarif Bea Masuk Anti Subsidi (BMAS) sebesar 8% hingga 18% untuk produk biodiesel Indonesia. Pemerintah optimistis tak perlu ekspor biodiesel ke Uni Eropa, jika program mencampuran bahan bakar minyak berbasis fosil dengan bahan bakar nabati (BBN) sebesar 30% atau B30 dan naik ke B50 berjalan.

Kebijakan B30 hingga B50 ini akan meningkatkan permintaan biodiesel di dalam negeri. Produsen biodiesel Indonesia juga tengah mencari pasar ekspor baru, seperti India, China, Korea, Jepang, dan Amerika Latin.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan tidak keberatan atas tindakan EU terkait penetapan tarif BMAS itu. Sebab, kebutuhan dalam negeri pun akan semakin tinggi dengan berjalannya B30 dimulai Januari 2020 dilanjut dengan B40 serta B50.

“Kita terima karena kita akan masuk B30 lalu B50, saya kira nanti tidak perlu masuk kesana (UE) lagi,” katanya saat acara Coffee Morning, Selasa (10/12). Sekarang ini, posisi Indonesia menentang diskriminasi UE itu.

Asal tahu saja, penetapan tarif BMAS 8% -18% itu ditujukan untuk PT Ciliandra Perkasa sebesar 8%, PT Intibenua Perkasatama dan PTMusim Mas(Musim Mas Group) sebesar 16,3%, PT Pelita Agung Agrindustri dan PT Permata Hijau Palm Oleo (Permata Group) sebesar 18%,WilmarGroup sebesar 15,7%, serta perusahaan lainnya 18%.

Produsen biodiesel Indonesia pesimis melihat kinerja ekspor biodiesel ke UE di tahun 2020. Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Paulus Tjakra-wan menyampaikan, ekspor ke UE sudah mengalami perlambatan sejak September 2019. Bahkan, sejumlah eksportir sudah menghentikan ekspor ke negara tersebut.

Oleh karena itu, kebutuhan dalam negeri akan meningkat seiring dengan pengimplementasian B30. Menurutnya, akan ada peningkatan serapan biodiesel di dalam negeri sebesar 50% atau menjadi 9,6 juta kiloliter (kl).

Paulus mengatakan, akan ada pasar ekspor baru. Tahun mendatang, pasar ekspor biodiesel Indonesia adalah India, China, Korea, Jepang, dan Amerika Latin.

 

Sumber: Harian Kontan