Inovasi Teknologi: Drone dan Robotik untuk Pengendalian Ganoderma di Industri Sawit
Pengendalian Ganoderma, salah satu tantangan terbesar dalam industri perkebunan kelapa sawit, mendapat perhatian serius dalam webinar bertema “Potensi Pemanfaatan Teknologi Drone dan Robotik dalam Pengendalian Ganoderma”. Acara yang diadakan pada 3 Desember 2024 ini menghadirkan berbagai pakar, termasuk Sahat Sinaga, Plt Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) sekaligus Direktur Eksekutif GIMNI.
Tantangan Lama, Solusi Baru
Ganoderma, penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen, telah lama menjadi ancaman bagi keberlangsungan produksi kelapa sawit. Dalam pembukaan acara, Dr. Ir. Darmono Taniwiryono, M.Sc, Ketua Umum Roundtable Ganoderma, membagikan pengalaman terkait kegagalan uji coba pengendalian Ganoderma di masa lalu. Tantangan ini menjadi pengingat betapa pentingnya inovasi dalam mencari solusi yang lebih efektif dan efisien.
Teknologi Drone: Pendekatan Revolusioner
Dalam sesi berikutnya, Sahat Sinaga memaparkan potensi besar teknologi drone dan satelit dalam mengendalikan penyebaran Ganoderma. Dengan menggunakan drone, pemantauan dan analisis kondisi perkebunan dapat dilakukan secara real-time. “Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efektivitas, tetapi juga menghemat waktu dan biaya operasional,” ujar Sahat.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara industri dan akademisi untuk memanfaatkan data dari drone dan satelit. Langkah ini dinilai strategis untuk mengidentifikasi area yang terdampak dengan cepat sehingga tindakan pengendalian dapat dilakukan lebih dini.
Robotik: Masa Depan Pengendalian Ganoderma
Melengkapi diskusi, Dr.rer.nat. Ir. Aulia Muhammad Taufiq Nasution, M.Sc, dari ITS, mempresentasikan pengembangan teknologi robotik dalam pengendalian Ganoderma. Teknologi ini memungkinkan aplikasi pengobatan langsung di lokasi infeksi, memberikan presisi yang lebih tinggi dibandingkan metode tradisional.
Katalisator Transformasi Industri
Sebagai figur penting di DMSI dan GIMNI, Sahat Sinaga menekankan bahwa adopsi teknologi modern seperti drone dan robotik bukan hanya tentang menyelesaikan masalah Ganoderma, tetapi juga menjadi katalisator untuk transformasi industri kelapa sawit secara keseluruhan. “Dengan pendekatan yang terintegrasi, kita tidak hanya melindungi produktivitas perkebunan tetapi juga meningkatkan daya saing sawit Indonesia di pasar global,” tegasnya.
Penutup dan Harapan
Webinar ini ditutup dengan diskusi interaktif yang melibatkan peserta dari berbagai latar belakang. Harapannya, solusi yang dibahas dapat segera diimplementasikan untuk mengatasi ancaman Ganoderma, sekaligus membawa industri kelapa sawit Indonesia menuju era baru yang lebih maju dan berkelanjutan.
Sahat Sinaga kembali menegaskan pentingnya sinergi antara pelaku industri, pemerintah, dan akademisi dalam mengembangkan teknologi ini. “Ini adalah langkah nyata untuk menjaga keberlanjutan industri sawit, yang merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia,” pungkasnya.