Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta bersiap menghadapi tantangan zaman. Kompetensi mahasiswa akan dilengkapi dengan pengetahuan teknologi informasi. INSTIPER juga berencana  membangun enam lembaga baru untuk memperkuat posisinya sebagai lembaga pendidikan di bidang perkebunan, kehutanan, dan teknologi pertanian terkemuka di Indonesia.

Dr. Ir. Purwadi, MS, Rektor Instiper Yogyakarta, menyebutkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya sudah membuat sejumlah persiapan untuk memasuki era revolusi industri generasi 4.0. Revolusi industri 4.0 berbasis Information Communication Technology (ICT), otomatisasi, robotik, dan internet of think hingga artifical intelegent akan merubahbusiness process dan business model dari sistem industri. Kondisi ini akan menyebabkan permintaan kompetensi SDM untuk kebutuhan industri juga akan berubah (berbeda), termasuk bisnis berbasis sumber daya seperti halnya industri sawit.,”ujar Purwadi dalam perbincangan di kantornya pada awal Juni 2018.

Perguruan tinggi saat ini menghadapi tantangan eksternal yang luar biasa, yang apabila gagal mengantisipasi dan menyelesaikannya akan berdampak terancamnya keberlanjutan perguruan tinggi. Tantangan pertama dari segi input mahasiswa, perguruang tinggi harus berhadapan pada generasi baru yang berbeda, sekali lagi baru dan beda, yaitu generasi Y dan Z atau sering disebut generasi mileneal. Karakter dari generasi ini adalah ingin bekerja dan berhasil dengan cepat atau instan dan tidak mau susah atau hanya ingin senang. Pandangan ini dalam kacamata Purwadi tidaklah salah. “Karena dengan fasilitasi teknologi yang sekarang tersedia, semua dapat dilakukan lebih cepat dan mudah, apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Waktu menjadi sesuatu yang mahal harganya, siapa cepat dialah yang akan memegang kendalinya.”

Menurut Purwadi,Generasi Y dan Z ini menginginkan model pembelajaran yang baru yang lebih mudah dipahami dan dimengerti dengan alat bantu yang tersedia saat ini, salah satunya dengan gadget yang dimilikinya. Mereka menginginkan model pembelajaran yang menyenangkan, karena itu jangan paksa mereka untuk melakukan pembelajaran yang bertele-tele dan dibuat rumit. “Mereka juga sudah mulai bosan untuk menerima pelajaran model klasikal di kelas dengan bahan yang sebenarnya bisa mereka dapatkan dan pelajari dari internet (google dan youtube),” ujar Purwadi.

Tantangan kedua, perguruan tinggi harus mengikuti dan mampu memanfaatkan perkembangan teknologi dari revolusi industri generasi  4.0. Perkembangan teknologi ini akan merubah proses produksi, proses bisnis dan model bisnis dan menghasilkan cara-cara produksi, cara bisnis dan model bsinis yang baru. Dengan demikian akan membutuhkan kompetensi tenaga kerja (SDM) yang juga berubah dan bisa menjadi baru yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Kalau perguruan tinggi tidak siap dan tidak mampu menyelesaikan tantangan ini, maka akan ditinggalkan oleh dunia industri termasuk didalamnya industri biomassa dan indsutri berbasis biomassa, seperti perkebunan kelapa sawit berikut industri hilirnya.

Berkaca dari tantangan tadi, INSTIPER Yogyakarta harus melakukan transformasi lagi. Menurut Purwadi, semenjak kebangkitan INSTIPER, transformasi tahun ini merupakan transformasi jilid ketiga. Karena transformasi pertama dan kedua sudah digaungkan melalui program Change INSTIPER 9.9 to New INSTIPER 9.10 dan Program G2G 14/19 yang telah sukses membangun pertumbuhan baru seperti yang kita lihat saat ini. Apabila transformasi tahap sebelumnya berbicara perubahan INSTIPER dari membangun kompetensi umum menjadi  kompetensi khusus serta manajemen internal. Purwadi menjelaskan pada transformasi kali ini INSTIPER fokus pada peningkatan kompetensi berbasis blok pekerjaan dan bahkan membangun sub kompetensi lebih dalam dari blok kompetensi pekerjaan.  Kalau dulu, hasil  pendidikan tinggi diidentikkan dengan memperoleh ijazah, namun saat ini ijasah saja belum cukup maka perlu ditambahkan sertifikat kompetensi.  Oleh karena itu program pendidikan di INSTIPER akan menganut kurikulum blok berbasis kompetensi pekerjaan (Job Competency Block Learning).

 

Sumber: Sawitindonesia.com