InfoSAWIT, JAKARTA – Pergerakan harga minyak sawit mentah (CPO) yang terus meninggi semenjak Juni 2020 didorong oleh gangguan pasokan minyak nabati utama serta daerah penghasil minyak sawit. Dengan permintaan yang melampaui pasokan pada Kuartal III 2020, harga patokan minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat mampu melampaui RM 3.000 hingga diperdagangkan pada RM 3.064 per ton tepatnya pada pertengahan Oktober, atau 38% lebih tinggi dibanding tahun lalu pada periode yang sama. Pada pertengahan November 2020, harga minyak sawit mentah (CPO) mampu mencapai level tertinggi, sekitar RM 3.490 per ton.

Selain pasokan, kenaikan harga minyak sawit di dunia tersebut tercatat dipengaruhi beberapa faktor lainnya. Dalam laporan yang diterbitkan Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit (CPOPC) mencatat, faktor iklim, kasus pandemic Covid-19 yang berdampak pada pembatasan aktivitas, serta masalah pekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia, menjadi sederet faktor yang menjadi pertimbangan.

Termasuk, minyak sawit diuntungkan dengan adanya pasokan minyak nabati lainnya yang lebih rendah dari perkiraan, terutama dari minyak bunga matahari dan rapeseed, yang pada akhirnya memicu kenaikan tajam harga minyak nabati, yang lantas berdampak pula pada melonjaknya harga CPO.

Kendati kasus pandemi mulai muncul di awal tahun 2020, dan mendorong dilakukannya kebijakan pembatasan (lockdown) di sejumlah negara konsumen minyak sawit di dunia, namun tekanan itu hanya berlaku sesaat, lantaran pada kuartal II tahun 2020, negara-negara pengimpor utama minyak sawit mulai melakukan re-stock. Selain itu, berkurangnya ketersediaan minyak goreng bekas dan lemak hewani akibat pandemi telah menyebabkan beberapa produsen biodiesel mengalihkan bahan bakunya ke minyak nabati, yang juga mendorong permintaan minyak sawit global.

Kasus pandemi-19, catat CPOPC, tidak berdampak parah terhadap permintaan minyak nabati, termasuk minyak sawit. Musababnya minyak nabati adalah kebutuhan sehari-hari, baik itu bahan pokok dapur, bahan pembersih atau bahan bakar terbarukan, dalam kehidupan banyak orang di seluruh dunia.

Faktanya, meningkatnya permintaan produk oleokimia telah menopang permintaan minyak nabati, termasuk minyak sawit. Turunan oleokimia seperti gliserin, asam lemak dan metil ester, merupakan bahan baku untuk sanitiser, deterjen dan sabun yang mengalami peningkatan permintaan karena kesadaran kebersihan yang lebih baik dan protokol kesehatan yang diamanatkan oleh pemerintah.

“Sejak dimulainya pandemi Covid-19, telah terjadi pergeseran perilaku konsumen yang sebelumnya makan di restoran, café dan lainnya, kini banyak rumah tangga memasak dan makan di rumah. Manfaat dari perubahan perilaku ini, konsumen akan mengganti minyak nabati mereka secara lebih teratur, karena perusahaan menjual kemasan yang lebih kecil kepada konsumen sehubungan dengan permintaan yang lebih rendah dari restoran,” demikian catat laporan CPOPC yang diperoleh InfoSAWIT. (T2)

 

Sumber: Infosawit.com