Rokan Hilir: Presiden Joko Widodo sempat berkomentar nilai tukar rupiah yang melemah. Jokowi menyebut kondisi ini menguntungkan industri kelapa sawit.
“Ya untuk kelapa sawit pasti senang lah, kan kita ekspor,” kata Jokowi saat meresmikan peremajaan sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu, 9 Mei 2018.
Menurutnya, industri kelapa sawit yang fokus mengekspor produk, memberi devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Sebab dengan nilai mata uang rupiah yang saat ini, minyak sawit mentah yang dijual ke negara lain akan menghasilkan banyak pundi rupiah.
Pun demikian, Jokowi tak menutup mata pada dampak penguatan dolar terhadap rupiah. Menurutnya, hal tersebut terjadi pada semua negara, tak hanya di Indonesia. Sebab kenaikan suku bunga di Amerika Serikat didongkrak tiga hingga empat kali dalam beberapa waktu ke depan.
Sudah ada koordinasi dan komunikasi intens dengan Bank Indonesia (BI) terkait hal ini. “Semua negara ini mengalami hal yang sama. Kita terus (komunikasi dengan Bank Indonesia) bahkan sebelum saya berangkat ke sini (Riau) pun komunikasi,” kata Jokowi.
Terpisah, Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut harus ada kebijakan dari BI terkait hal ini. Salah satu opsi dengan menaikan suku bunga. Sebab selama tujuh bulan terakhir 7 day repo rate stagnan 4,25%.
“Nah karena naik kebutuhannya tekanan itu membuat kita sebenarnya tinggal memilih biarkan kurs melemah atau suku bunganya dinaikan,” kata Darmin.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah berada di level Rp 14 ribu per dolar AS pada Selasa, 8 Mei 2018. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot dolar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.036 per dolar AS pada hari itu sedikit melemah dibandingkan Senin, 7 Mei 2018, di level Rp 13.956 per dolar AS.
Adapun data Bloomberg USDIDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Selasa, dibuka di level Rp 14.004 per dolar AS dan ditutup di level Rp 14.052 per dolar AS. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.004 sampai Rp 14.053 per dolar AS pada Selasa.
Sumber: Metrotvnews.com