“Saya enggak mau yang namanya seremonial, nanem lalu tinggal. Enggak begitu, saya awasi terus pasti,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) .

Pesan ini disampaikan Presiden Jokowi di akhir pidatonya saat peresmian Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Rokan Hilir, Riau, pada 9 Mei 2018. Presiden meminta program replanting benar-benar dapat segera diselesaikan. Baik menteri dan gubernur terkait diminta ikut mendukung peremajaan sawit rakyat.

“Dan jangan lupa pak menteri pak gubernur saya cek ini nanti. Jalan atau ndak.  Saya  punya alat untuk mengecek ini.  Jangan main-main dengan saya, akan saya cek terus,” ujarnya.

Terkait penyaluran dana replanting, Presiden juga menyentil kinerja BPDP-Kelapa Sawit. Jokowi menegaskan,“Saya dengar dana yang dikeluarkan Badan Pengelola Dana Sawit itu enggak cepat dan  ruwet. Nanti pulang saya mau tanya, kenapa lama, kenapa enggak cepat? Ini udah ditunggu rakyat untuk segera peremajaan sawit,” tegasnya.

Presiden Jokowi menambahkan, “Saya gitu-gitu tahu jangan dipikir enggak tahu. Kadang kalo salaman, ada yang bisikin saya; Pak ini dananya gak keluar-keluar. Ada itu yang bisikin saya, Pak ini sertifikatnya, saya kejar itu pasti. Saya cek intelijen bener enggak. Kalau enggak benar, ya saya  gebuk langsung,”tegasnya.

Pada April 2018, petani peserta program peremajaan sawit rakyat kesulitan mencairkan dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS). Adapun penyebabnya adalah dana baru bisa dipakai apabila peraturan menteri pertanian mengenai KUR Dana Perkebunan sudah terbit.

Gus Dalhari Harahap, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Sumatera Utara menuturkan sampai saat ini masih ada petani yang berproses untuk pencairan dana karena terganjal beberapa aturan teknis yang masih belum tuntas. “Karena dana replanting dikelola BPDP-KS yang notabene petani ikut menyumbang. Lalu mengapa untuk biodiesel pencairannya sangat mudah tetapi untuk petani sangat bertele-tele?” tanya Gus Dalhari seperti disampaikan kepada Majalah SAWIT INDONESIA.

Jokowi menyebutkan dirinya akan terus mengecek perkembangan replanting sawit di seluruh Indonesia. “Nanti akan saya cek, saya lihat bibitnya sudah ditanam atau belum. Sudah berapa hektare, tanamannya sudah besar atau belum. Jika pohon-pohon ini masih ada (di Rohil), awas berarti belum dikerjakan.”

“Saya enggak mau namanya seremonial. Nanam lalu tinggal. Enggak begitu, saya awasi terus pasti,” tegas Jokowi.

Gulat Medali Emas Manurung, Ketua DPW APKASINDO Riau, menyebutkan pihaknya sangat mengapresiasi program PSR nasional yang kali ini berlokasi di provinsi Riau dan diresmikan oleh Presiden Jokowi. Kendati sempat tertunda beberapa kali akibat kesibukan Presiden. Awalnya, lokasi peresmian replanting mengambil tempat di Rokan Hulu (Rohul) lalu dipilih Rokan Hilir (Rohil).

“Kami (petani) sawit sangat berterimakasih kepada Presiden karena replanting menjadi tonggak sejarah perkelapasawitan di Riau khususnya Indonesia. Pada umumnya, petani menempati posisi termarginalkan. Tetapi fakta menunjukkan tanggal 9 Mei kemarin, Presiden hadir ditengah-tengah kebun sawit milik petani. Pak Jokowi merasa enjoy karena suasananya benar-benar  petani, tidak bermewah-mewah,” kata Gulat Manurung.

Menurut Gulat, program peremajaan sawit rakyat  solusi cemerlang atas kebuntuan produksi petani selama ini. Pasalnya, kondisi sawit petani di Riau sekitar 65% tidak produktif. Masalah produktivitas yang rendah disebabkan tanaman berusia tua di atas 25 tahun. Selain itu, tanaman petani salah menggunakan  bibit yang tidak unggul akibatnya produktivitas 60% dibawah normal.

 

Sumber: Sawitindonesia.com