Harga minyak sawit mentah atau CPO kembali bangkit setelah China menghentikan pembelian produk agri kultur asal AS. Niat China menghapus tarif impor CPO juga mendukung kenaikan harga CPO.
Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2019 naik 1,92% ke RM 2.176 per ton. Kenaikan harga ini terjadi sejak harga CPO menyentuh level terendah di RM 1.963 per ton, Juni lalu.
Analis Asia Trade Point Future Deddy Yusuf Siregar mengatakan, harga CPO terus naik karena pelaku pasar mulai mempertimbangkan dampak langkah China menghentikan impor produk agrikultur asal AS. “Mulai timbul spekulasi apakah bisa CPO mengambil tempat di China, ada ekpektasi pembelian CPO dari China akan naik,” kata Deddy, Jumat (9/8).
Sebelum perang dagang memburuk, China merupakan negara yang cukup besar membeli produk-produk agrikultur AS, salah satunya kedelai. Minyak sawit dan minyak kedelai merupakan produk subsitusi yang saling bersaing mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Deddy mengatakan eskalasi perang dagang AS dan China bisa mengurangi pembelian minyak kedelai secara signifikan. Dus, kebutuhan minyak nabati akan diganti oleh sawit.
Kenaikan harga CPO juga tercermin dari naiknya ekspor minyak sawit. Gabungan Pengusaha Kelapa sawitIndonesia (GAPKI) mencatat, ekspor CPO di semester I-2019 naik 10% dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni dari 15,03 juta ton menjadi 16,84 juta ton.
Prospek naik
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menambahkan, sebelum Presiden AS Donald Trump
mengancam mengenakan tarif impor ke produk China yang nilainya mencapai US$ 300 miliar, harga CPO sudah naik. Saat itu, pelaku pasar menilai kesepakatan dagang akan terwujud dan mengurangi risiko perlambatan ekonomi. Dus, permintaan CPO bisa terdongkrak naik juga
Namun, meski perang dagang memanas, harga CPO tetap merangkak naik. Sentimen utama penyokong harga CPO naik adalah rencana pemerintah China menghapus tarif kuota impor CPO.
Jika rencana tadi disahkan, volume ekspor CPO akan ter-genjot dengan harga yang cenderung naik. Sekedar in-
formasi, rancangan aturan tersebut saat ini dibuka untuk mendapatkan respons publik hingga 22 Agustus.
Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim menilai harga CPO berpotensi naik karena didukung tren penurunan suku bunga. Menurut dia, ketika uang banyak beredar, permintaan CPO bisa naik. Ibrahim memperkirakan harga CPO bisa capai RM 2.400 di akhir tahun.
Sementara, Deddy mengatakan kini pelaku pasar masih menantikan hasil pertemuan delegasi AS dan China. Bisa jadi di pertemuan tersebut muncul sentimen positif dan negatif bagi harga CPO.
Usaha Presiden Indonesia, Joko Widodo mecari solusi atas diskriminasi CPO oleh Uni Eropa juga diharapkan mengangkat harga CPO.
Deddy merekomendasikan buy CPO. Ia memperkirakan harga CPO berpotensi naik ke RM 2.200-RM 2.250 per tondi akhir tahun, jika harga bertahan di RM 2.100.
Sumber: Harian Kontan