DIREKTUR Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mematikan pemerintah akan menggugat Eropa ke WTO.

“Kami sedang siapkan perkara-perkara yang akan menjadi bahan gugatan,” kata Oke kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Oke yakin kebijakan Eropa melarang penggunaan sawit merupakan bentuk perlakukan diskriminatif. Sebab alasan Eropa menunding perkebunan sawit merusak lingkungan, sulit diterima.

“Eropa juga memproduksi minyak nabati yang berasal dari perkebunan. Jika mereka melarang produk minyak nabati Indonesia. Produksi minyak nabati mereka harus juga diberikan label yang sama (merusak lingkungan),” ungkapnya.

Oke mengungkapkan, pihaknya tidak kaget Eropa ingin mengurangi penggunaan sawit Indonesia. Sebab sejak lama produksi minyak nabati Eropa dari bunga matahari kalah bersaing dengan minyak sawit. Selain itu, pihaknya juga sudsh tahu kalau Eropa memiliki rancangan akan menghentikan pemakaian minyak sawit sebagai bahan bakar hayati pada tahun 2030 nanti.

Sementara itu. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda mengatakan, untuk menghadapi pengurangan penggunaan minyak sawit di Eropa, Kemendag terus berupaya mencari pasar baru seperti negara-negara Asia Selatan dan Afrika.

“Kami mungkin akan fokus membuka pasar di negara-negara di perbatasan Teluk Persia, seperti Arab Saudi, Oman, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar,” ujarnya.

Dia menilai, perseteruan Qatar dengan negara Arab lainnya bisa juga jadi peluang Indonesia untuk masuk dan memenuhi kebutuhan produk dari negara tersebut. Selain Timur Tengah, negara-negara di Asia Selatan, seperti India, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh juga memiliki potensi pasa baru.

Di samping membuka pasar baru. Arlinda juga menuturkan Indonesia terus berusaha membuktikan dan melawan tuduhan negatif yang kerap dilayangkan terhadap sawit Indonesia.

Sumber: Rakyat Merdeka