JAKARTA — Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengaku, program peremajaan kelapa sawit dapat menghasilkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun per tahun. Hal itu, ujarnya, dapat dicapai jika seluruh perkebunan sawit rakyat mampu memproduksi minimal 8 ton minyak sawit mentah (CPO).
“Kalau bisa ditingkatkan jadi 8 ton produksi CPO per hektare, setiap tahun kita bisa mendapatkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun,” kata Bambang di Jakarta, Rabu (18/10).
Bambang menjelaskan, dari total 11,9 juta hektare kebun kelapa sawit Indonesia terdapat 4,7 hektare perkebunan rakyat atau 48 persen. Sebanyak2,4 juta hektare kebun sawit saat ini masih dikembangkan dengan cara tradisional oleh petani.
“Kebun kelapa sawit itu tidak berasal dari sumber benih yang baik. Sekarang berkembang jutaan hektare oleh karena itu produktivitasnya rendah. Hanya satu sampai dua ton CPO per hektare rata-rata produktivitasnya,” ujar Bambang.
Bambang mengaku, dengan program peremajaan sawit produktivitas tersebut bisa ditingkatkan hingga 8 ton CPO per hektare per tahun dan menciptakan nilai tambah sebesar Rp 125 triliun. “Itu sangat mungkin karena memang yang ditanam adalah benih yang kurang syarat mutu,” kata Bambang.
Menurut Bambang, nilai tambah itu baru dari sisi produksi CPO. Nantinya, CPO akan diolah lagi jadi produk-produk turunan dan di sana akan terlibat jasa transportasi dan penyerapan tenaga kerja untuk industri. “Multiplier effect-nya sangat besar,” kata Bambang.
Untuk program peremajaan tersebut, pembiayaan disediakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) sebesar Rp 25 juta per hektare. Program itu telah dimulai di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan pada pekan lalu sebesar 4446 hektare. Bambang mengaku, target pemerintah tahun ini adalah meremajakan kebun sawit hingga 20.780 hektare.
Sumber: Republika.co.id