BOGOR — Kementerian Pertanian (Kementan) menggelontorkan Rp 5,5 triliun khusus untuk perbenihan komoditas buah, rempah dan perkebunan. Hal tersebut guna mendorong produksi komoditas potensial.

“Itu sudah berjalan, sudah mulai start,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Muhammad Syakir usai mengukuhkan tiga profesor riset di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Senin (14/8). Benih yang diproduksi tersebut nantinya akan dibagikan kepada petani.

Ia mengatakan, angka Rp 5,5 triliun tersebut menjadi fokus pihaknya terhadap produk potensial guna meningkatkan posisi Indonesia di dunia.

Pemerintah ingin mengembalikan eksistensi rempah tanah air yang dulu sempat menjadi primadona. Lada, pala, kayu manis dan cengkeh terus didorong produksinya.

Ia menjelaskan, target dari bantuan benih tersebut adalah pertama, berswasembada komoditas yang belum swasembada. Untuk pasar domestik yang masih impor, Kementan mendorong petani dalam negeri melakukan penanaman sendiri lalu target ketiga adalah meningkatkan rating komoditas yang telah ekspor di tingkat dunia.

Seperti diketahui, untuk beberapa produk perkebunan misalnya sawit, kakao, karet dan kelapa telah menembus pasar ekspor. Kakao contohnya, yang kini berada di peringkat tiga di dunia ingin didongkrak menjadi peringkat dua atau satu. Begitu juga dengan kopi yang akan didorong ke ranking dua dari posisi saat ini di angka empat.

“Kita juga realistis tidak semua kita dorong ke ranking satu karena sumber daya lahan kita,” ujar dia.

Begitu juga dengan buah lokal yang dicanangkan untuk menembus pasar global. Mangga, manggis dan nanas menjadi produk potensial untuk memenuhi pasar internasional.

“Oh tidak. Dari pemetaan yang kita lakukan masih banyak areal,” ujarnya saat ditanya keterbatasan lahan untuk penanaman buah.

Ada wilayah cukup luas khususnya daerah pulau Jawa. Di Jawa Timur, kata dia, bisa difokuskan produksi mangga dan apel. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta bisa ditanami salak. Di Jawa Barat untuk buah manggis dan jeruk.

“Kalbar kita akan kembalikan kejayaan jeruk. Sumut ada jeruk di sana. Banyak juga (red; daerah lainnya),” katanya. Termasuk Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ia menambahkan, penanaman buah tidak harus dilakukan seperti halnya menanam sawit, yakni dengan membangun perkebunan sawit yang luas. Sebab, di halaman rumah juga bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman buah.

Bahkan du beberapa negara yang eksis dengan produk buah dan mampu mengekspor buah, bukanlah negara dengan dalam hamparan luas perkebunan buah.

“Tapi pemanfaatan lahan para petani dan itu juga akan digunakan oleh Kementan,” tegas dia.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi buah lokal. Selain melalui kampanye konsumsi buah nusantara/lokal, cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikannya buah tangan saat menjenguk juga menjadikan buah lokal suguhan kepada tamu.

 

Sumber: Republika.co.id