Para eksportir minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai sumringah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor golongan barang lemak dan minyak hewani/nabati (sebagian besar berupa CPO) pada September tahun ini mencapai US$ 1,55 miliar, naik dari realisasi sebulan sebelumnya US$ 1,3 miliar.
Pencapaian itu merupakan posisi terbaik dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya sepanjang tahun ini. Namun sepanjang Januari-September 2019, nilai ekspor kelompok barang lemak dan minyak hewani/nabati hanya US$ 12,41 miliar, menurun 18,76% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Sekretaris Perusahan PT sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), Swasti Kartika ningtyas, menjelaskan bahwa lonjakan ekspor karena harga CPO sempat meningkat. Pada September 2019, rata-rata harga CPO di Bursa Rotterdam USS 556,56 per ton, naik 3,35% dari sebulan sebelumnya.
Kenaikan ekspor juga didukung peningkatan permintaan dari India dan China. “Kemudian faktor lainnya adalah mulai dikembangkannya industri hilir oleh pelaku industri kelapa sawit, yang berarti diversifikasi produk sehingga lebih dapat diserap pasar ekspor. Bukan hanya hasil dari hulu saja,” kata dia kepada KONTAN, Senin (21/10).
Alhasil, sawit Sumbermas merespons peluang ini dengan mengerek produksi untuk menebalkan penjualan. Terkait pencapaian sampai kuartal III 2019, manajemen SSMS belum dapat membeberkan-nya. “Yang jelas, perusahaan terus menggenjot kinerja bisnis,” sebut Swasti. Adapun \’ porsi penjualan ekspor bagi SSMS setiap tahun dominan sekitar 70% dan sisanya 30% untuk pasar lokal.
Membaiknya harga minyak sawit juga dimanfaatkan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) dengan menggenjot produksi. Elvi, Sekretaris Perusahaan MGRO bilang, kini di tingkat global pasokan stok CPO menipis menyusul perlambatan volume produksi. Melihat peluang itu, mereka bakal mendorong penjualan, salah satunya dengan peningkatan produksi lewat akuisisi pabrik kelapa sawit di Sumatra Selatan dan realisasi pembangunan pabrik refinery di Riau.
Terkait pencapaian kinerja bisnis hingga kuartal ketiga tahun ini, Elvi mengklaim ada perbaikan. Meskipun harga CPO sepanjang tahun ini belum sebagus tahun lalu. Pada 2019, Mahkota Group mengincar pertumbuhan pendapatan cukup besar yakni mencapai Rp 5 triliun.
Sementara Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), Michael Kesuma, menyatakan potensi pe-
nurunan harga CPO pada tahun ini masih harus diwaspai meski belakangan ini harga CPO cenderung naik. Maklum, sempat membaik pada September, awal Oktober hingga 16 Oktober ini mulai turun dengan rata-rata US$ 550 per ton. “Tahun ini, industri sawit masih terbebani harga komoditas yang anjlok dibandingkan tahun lalu,” kata dia
Michael berharap, harga CPO kembali meningkat pada sisatahun ini. Kenaikan harga sangat menguntungkan industri CPO karena seiring masa panen pada akhir tahun ini. “Diharapkan ada kenaikan dibandingkan kuartal sebelumnya,” pungkas dia.
Sumber: Harian Kontan