JAKARTA – Tren kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude Palm Oil (CPO) diperkirakan berlanjut hingga 2021. Analis dari Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono, menyatakan tren positif harga CPO dipicu penurunan produksi pada masa pandemi Covid-19. Kegiatan produksi, kata dia, juga terhambat pembatasan wilayah perkebunan. “Selain itu, sejumlah perusahaan perkebunan sawit sedang menghadapi kekurangan tenaga kerja sehingga mempengaruhi produktivitas,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Wahyu mengatakan produksi terancam menurun karena faktor iklim. Menurut dia, fenomena La Nina akan memicu curah hujan tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mem- perkirakan puncak La Nina terjadi pada November dan Desember. Faktor lain yang mendukung kenaikan harga CPO adalah lonjakan harga kacang kedelai akibat antisipasi pasokan sawit yang menipis dari Indonesia dan Malaysia pada tahun ini.

Di sisi lain, permintaan terhadap CPO terus meningkat. Menurut Wahyu, tingginya permintaan masih akan bertahan hingga tahun depan lantaran ada harapan pemulihan ekonomi setelah vaksinasi berjalan. Dia memperkirakan harga CPO bertahan di kisaran 3.600 ringgit Malaysia. Sementara itu, tahun depan, harganya akan mencapai 3.800 ring- git Malaysia.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, menyatakan harga CPO terdorong oleh program pencampuran biodiesel dan solar. Pemerintah telah menjalankan program pencampuran biodiesel hingga 30 persen atau B30. Tahun depan, pengujian untuk B40 akan dilakukan dan diterapkan pada 2022. “Permintaan terhadap komoditas ini akan terus meningkat,” katanya. Terlebih, program ini didukung pemerintah dengan menyesuaikan tarif pungutan ekspor CPO berjenjang sesuai dengan harga CPO.

Namun, Ibrahim menyatakan, harga CPO masih rentan. Kenaikan harga akan memicu tambahan produksi sehingga pasokan di pasar akan berlebih. Dia memperkirakan harga CPO dapat turun ke level 2.800 ringgit Malaysia.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia, Sahat Sinaga, mengatakan pei-ge- rakan harga CPO akan mempengaruhi produksi. “Kalau harga mulai bagus, petard juga mulai rajin memupuk,” ujarnya.

Dengan kenaikan harga sejak Juni 2020, Sahat memperkirakan produksi CPO pada 2021 tumbuh 3 persen. Jumlahnya meningkat dari estimasi produksi pada tahun ini, yang mencapai 47 juta ton, menjadi 48,4 juta ton. Sementara itu, produksi crude palm kernel oil (CPKO) diperkirakan naik 4 persen dari 4,6 juta ton menjadi 4,8 juta ton pada 2021.

Dari proyeksi produksi itu, Sahat memperkirakan jumlah ekspor sawit tahun depan mencapai 36,7 juta ton. Sebanyak 80 persen berupa ekspor produk hilir. Sementara itu, ekspor CPO akan mencapai 7,4 juta ton. Angka perkiraan ini senada dengan penghitungan pemerintah yang memperkirakan ekspor sawit naik dari 32 juta ton menjadi 36 juta ton.

 

Sumber: Koran Tempo