JAKARTA. KOMPAS – Biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit mentah atau CPO diandalkan sebagai bahan bakar nabati Hal ini bertujuan untuk mendukung proses transisi energi di sektor transportasi. Aspek kesejahteraan petani sawit dimasukkan sebagai kriteria yang diterapkan bagi pemasok CPO, bahan baku biodiesel.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pi-i haknya sedang menguji coba penelusuran sumber CPO yang menjadi bahan baku biodiesel. Pemerintah akan menyusun kriteria pasokan CPO yang mesti dipenuhi produsen biodiesel. Kriteria itu juga akan mencakup aspek kesejahteraan petani sawit.
“Produsen mesti membuktikan dampak langsung penyerapan CPO untuk bahan baku biodiesel dengan terjaminnya harga, tandan buah segar,” kata Dadan dalam webinar “Menjawab Tantangan Industri Biodiesel dan Kendaraan Listrik yang Lebih Bersih” yang diadakan Koaksi Indonesia, Rabu (7/7/2621).
Dadan menambahkan, sebanyak 18 persen dari produksi kelapa sawit di Indonesia yang rata-rata 55 juta ton per tahun dimanfaatkan untuk bahan baku biodiesel. Saat ini, biodiesel dicampurkan dalam solar murni dengan kadar pencampuran 30 persen untuk biodiesel dan 70 persen solar murni. Bahan bakar ini dikenal sebagai solar B-30.
Sepanjang 2020, Kementerian ESDM mencatat realisasi pemanfaatan biodiesel mencapai 8,4 juta kiloliter. Realisasi tersebut berdampak pada pengurangan emisi sebanyak 22,3 juta ton gas karbon dioksida. Tahun ini, / target serapan biodiesel diharapkan sebanyak 9,2 juta kiloliter.
Pengajar pada Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, Agung Wicaksono, berpendapat bahwa kebijakan penggunaan biodiesel mesti terpadu. “Keterkaitan an-tarfaktor yang meliputi emisi, pembukaan lahan, subsidi, kesejahteraan petani, dan devisa negara perlu ditinjau secara terintegrasi,” ujarnya.
Periset Koaksi Indonesia Siti Koiromah mengatakan, pemanfaatan biodiesel sebagai bahan baku BBM berpotensi pada terjadinya pembukaan lahan sawit baru. “Oleh sebab itu, kami mendorong adanya standar keberlanjutan pada industri biodiesel,” katanya pada acara yang sama.
Kendaraan listrik
Selain pemanfaatan BBN, pemerintah juga mengandalkan kendaraan listrik berbasis baterai demi menekan konsumsi BBM. Pada 2030 diproyeksikan terdapat 2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik yang beroperasi di Indonesia.
Menurut Siti, prinsip-prinsip kelestarian pada industri baterai dan kendaraan listrik perlu dirumuskan bersamaan dengan pembangunan rantai pasok. Dia mencontohkan, ekstraksi nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik harus memenuhi praktik pertambangan yang berkelanjutan.
Executive Vice President of Engineering and Technology PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Zainal Arifin menambahkan, perseroan siap memasok daya untuk kendaraan listrik. Saat ini ada kelebihan daya sebesar 14.000 megawatt, sedangkan kebutuhan listrik untuk 1 juta unit kendaraan roda empat sebanyak 2.600 megawatt.
Sumber: Kompas