UNGARAN, SAWIT INDONESIA – Sebanyak 250 mahasiswa Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY-Stiper) yang berasal dari Putra dan Putri Petani/buruhsawit, program Diploma I Beasiswa BPDP-KS, mendapat motivasi yang dikemas Kuliah Umum dari perwakilan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Motivasi dan peluangkerja di perkebunan sawit rakyat disampaikan oleh Agus Hartono selaku Tim Sekretariat Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di sela-sela Kuliah Learning Factory yang ditengah berjalan di Kebun Pelatihan dan Pendidikan (KP2) Ungaran, Semarang, Kamis (18 Februari 2021).
Perlu diketahui, Kuliah Umum diikuti oleh 50 mahasiswa/mahasiswi sesuai protokol kesehatan yang ada, selebihnya melalui Dalam Jaringan (Daring) atau online.
Agus Hartono menyampaikan perlu dan pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor perkebunan rakyat yang saat ini tengah menjalani program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). “SDM diperlukan sebagai pendamping petani sawit rakyat yang akan meremajakan kebunnya,” ujarnya.
Selanjutnya, Agus menjelaskan tujuan program PSR yang saat ini menjadi program nasional.“Di antaranya meningkatkan produktivitas pekebun sawit rakyat, mengoptimalisasi lahan. Sasaran dari program tersebut yaitu kebun dengan tanaman yang sudah tidak produktif dan produktivitasnya kurang dari 10 ton/hektar/tahun. Petani sawit dulu hampir 80-90% menanam sawit benih asalan/tidak tersertifikat,” jelasnya.
Seperti diketahui hingga 2022 pemerintah memiliki target 500 ribu hektar, dengan target 180 ribu hektar/tahun sejak 2020, perkebunan rakyat yang harus diremajakan atau replanting.
Kendati, program peremajaan kebun sawit rakyat sudah berjalan sejak 2017, dengan dana hibah Rp 30 juta dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS). Namun hingga kini pelaksanaanya belum optimal. Untuk mendukung kesuksesan program tersebut, sumber daya manusia memilki peran penting.
“Program PSR banyak menghadapi permasalah teknis dan non teknis. Dari target yang sudah ditetapkan 180 ribu hektar/tahun hanya mampu tercapai kurang dari 100 ribu hektar. Salah satunya karena keterbatasan SDM terutama di tingkat Dinas Perkebunan Kabupaten untuk pendampingan Petani Sawit Rakyat (Kelompok, KUD dan Gapoktan),” ungkap Agus yang menjabat sebagai Kasubdit Tanaman Kelapa Sawit, Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjenbun, Kementerian Pertanian.
Agus mengakui minimnya sosialisasi program PSR pada masyarakat (petani sawit) sehingga mempengaruhi capaian target. Memang untuk mendapatkan dana hibahdari BPDP-KS sebesar Rp 30 juta, ada persayaratan yang harus dipenuhi. Sebelumnya ada 14 persyaratan kemudian dikurangi menjadi 8 persyaratan, saat ini hanya dua persyaratan yaitu legalitas lahan dan kelembagaan.
Terkait dengan kendala yang dihadapi petani dalam program PSR, Agus menegaskan jika kalian (mahasiswa) sudah lulus maka kembali kemasyarakat untuk menjadi petani sawit Milenial dan menjadi pendamping petani sawit.
“Kami berharap mahasiswa AKPY-Stiper setelah lulus dapat berkarya sebagai pendamping petani di perkebunan sawit rakyat. Antara lain sebagai pendamping petani untuk mengurusi persoalan administrasi, verifikasi legalitas kartu kependudukan termasuk CPCL yang menjadi dasar usulan untuk dana hibah program PSR), dan mendampingi progres pekerjaan. SDM Pendamping ini nantinya yang akan mengurus administrasi keperluan persyaratan program PSR,”tegasnya.
“Jika kalian bisa bekerja mendampingi petani sawit dengan baik maka program nasional PSR bisa tercapai dengan target 180 ribu hektar/tahun,” imbuhnya
Terkait dengan kebutuhan SDM, Agus menambahkan kebutuhan SDM nantinya akan disesuaikan dengan rekomendasi teknis (rekomtek).“Selanjutnya, diserahkan ke BPDP-KS dan akan disalurkan keinstitusi pendidikan untuk proses seleksi dan mendidik menjadi tenaga pendamping,” pungkasnya.
Sumber: Sawitindonesia.com