Kelapa sawit memiliki masalah yang kompleks. Di Eropa, kelapa sawit kerap dihadapkan pada kampanye negatif berkaitan lingkungan dan kesehatan. Di Indonesia, kelapa sawit berkaitan dengan pengentasan kemiskinan mengingat besarnya tenaga kerja yang terlibat.
Melihat masalah ini, isu sawit di Eropa perlu dilihat dengan pendekatan yang lebih segar dan kreatif. Salah satunya melalui simulasi ‘role play’ yang dikenalkan pada rangkaian Latsis Symposium 2018 ‘Scaling-up Forest Restoration’ di ETH (Swiss Federal Institute of Technology) Zurich. Simulasi tersebut diciptakan oleh Nur Hasanah, seorang mahasiswi doktor asal Indonesia di ETH Zurich.
Duta Besar RI untuk Swiss, Muliaman Hadad mengatakan, pihaknya mengapresiasi simulasi ini. Dia mengatakan, dalam simulasi ini dapat digambarkan jika isu sawit bukanlah masalah sederhana yang hanya dapat dilihat dari satu sisi.
“Simulasi role play ini diharapkan mampu membuka mata, bahkan mengubah pandangan orang Eropa tentang isu sawit dengan perspektif yang lebih komprehensif,” kata Muliaman dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Kamis (5/7/2018).
Nur Hasanah mengatakan, dengan simulasi ini peserta diharapkan dapat mengatur strategi bertahan hidup.
“Bagaimana setiap peserta dituntut untuk mengatur strategi bertahan hidup dengan sumber daya yang terbatas, tetapi perlu mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup di tengah tantangan yang bertubi-tubi,” ujarnya.
Untuk diketahui, simulasi ini menggambarkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, perusahaan sawit, lembaga swadaya masyarakat, petani, dan kelompok tani sawit. Melalui role play ini diharapkan masing-masing pihak dapat melihat isu sawit lebih komprehensif.
Simulasi ini dipimpin oleh seorang koordinator yang mengatur diskusi antar pihak terkait dan menentukan skenario terutama menyampaikan perkembangan faktor eksternal yang berada di luar kendali para pihak, seperti perubahan cuaca, perkembangan harga sawit global, dan kebijakan pemerintah.
Simulasi role play yang dijalankan mirip permainan monopoli yang masing-masing peserta memiliki tujuan atau target masing-masing dengan modal atau bekal yang dimiliki masing-masing.
Selama simulasi yang dimainkan sekitar 1 jam ini, para peserta diberikan kebebasan untuk membentuk kesepakatan sesama petani dan melakukan negosiasi dengan perusahaan sawit. Simulasi berakhir dengan pemahaman para peserta atas pentingnya membangun visi yang sama yang dilandasi semangat saling menguntungkan para pihak yang terlibat. (hns/hns)
Sumber: Detik.com