Penghiliran industri minyak kelapa sawit menjadi salah satu strategi untuk memulihkan kinerja industri pengolahan yang kontribusinya dalam 5 tahun terakhir melambat terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan industri pengolahan terutama subsektor makanan dan minuman (mamin) perlu didorong karena kontribusinya yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Di dalam subsektor makanan dan minuman tersebut, kontribusi dari kinerja sektor crude palm oil (CPO) dan turunannya sangat dominan atau sekitar 70%. 

“Produk turunan dari CPO, misalnya, ini perlu dibenahi. Sebenarnya sudah sejalan ya, hanya implementasi kebijakannya,” tegas Suhariyanto. 

Berdasarkan data BPS, industri pengolahan nonmigas tumbuh 4,77% pada 2018 atau melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 4,85%. 

Adapun, industri mamin yang berkontribusi sekitar 30% terhadap keseluruhan kinerja manufaktur, hanya membukukan pertumbuhan kinerja sebesar 7,91 % atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 9,23 %.

Direktur Eksekutif Gabungan Minyak Nabati Indonesia (Gimni) Sahat Sinaga mengatakan, Indonesia perlu menambah jumlah produk hilir yang dibuat dari CPO. 

Dia mencontohkan salah satunya pembuatan bahan baku plastik yang berasal dari olahan CPO. Hal itu perhi dilakukan untuk meningkatkan daya saing kontribusi produk CPO asal Indonesia. 

“Selain itu untuk mendorong perkembangan industri hilir CPO perlu adanya insentif khusus, seperti salah satunya penetapan pungutan ekspor yang berbeda-beda antara produk minyaksawitmentah dan hasil olahan,” jelasnya. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, kontribusi produk CPO dan turunannya kepada sektor mamin pada tahun lalu sangat besar. 

Alhasil, kinerja sektor mamin pun tertekan lantaran ekspor dan harga komoditas tersebut mengalami penurunan pada tahun lalu. 

“Untuk itu kami berharap produsen CPO dan turunannya serta pemerintah mendorong terciptanya produk .bernilai tambah baru yang lain, supaya potensi pasar kita semakin besar dan meningkat,” jelasnya, Rabu (6/2). 

Dia mengakui, upaya tersebut tidaklah mudah. Hanya saja, komitmen itu perlu dibangun mulai saat ini. 

Selain itu, Adhi mengusulkan pemisahan komoditas minyak sawit mentah dari sektor mamin untuk mendukung pertumbuhan sektor tersebut. Dengan CPO yang dipisahkan dari sektor mamin, data kinerja manufaktur yang dihasilkan dapat lebih akurat. 

Secara terpisah Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri berharap pemerintah dapat membenahi kinerja industri pengolahan (manufaktur) yang terus turun. 

“Sektor industri manufaktur yang merupakan penyumbang terbesar bagi PDB terus melanjutkan penurunan perannya, dari 20,52% pada 2016 menjadi 20,16% pada 2017, dan turun lagi ke bawah 20% pada 2018,” ujarnya Rabu (6/2). 

TERTEKAN HARGA 

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, industri mamin telah membukukan pertumbuhan cukup baik di tiap Uni industrinya. Namun, tertekannya harga CPO pada tahun lalu menjadi hambatan. 

“Pertumbuhan industri secara keseluruhan terkena imbas perlambatan sektor CPO dan turunannya,” ujar Airlangga kepada Bisnis, Rabu (6/2). 

Selain itu, dia menilai perlambatan kinerja industri pengolahan nonmigas pada 2018 terjadi akibat penyesuaian kapasitas produksi setelah perusahaan melakukan ekspansi besar. Hal tersebut, lanjutnya, merupakan sesuatu yang lumrah. 

Kendati demikian, dia optimistis manufaktur akan menggeliat pada 2019 yang ditopang oleh masuknya investasi di berbagai sektor. 

Adapun khusus penghiliran CPO, Airlangga dalam berbagai kesempatan menyebutkan Indonesia dapat menjadi pusat industri pengolahan sawit global untuk keperluan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan. 

Ada tiga jalur penghiliran minyak sawit yang masih potensial untuk terus dikembangkan. Penghiliran itu meliputi oleopangan seperti minyak goreng dari olahan minyak sawit, margarin, vitamin A, vitamin E, es krim, creamer, cocoa butter atau specialty-fat. 

Selanjutnya penghiliran oleokimia yang menghasilkan produk jadi seperti produk biosurfaktan seperti detergen, sabun, dan sampo, biopelumas hingga bioplastik. Adapun penghiliran lainnya yakni menjadi energi atau biofuel. Minyaksawitdapat diolah menjadi biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur. 

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Ke-mendag Oke Nurwan mengatakan, saat ini pemerintah terus berusaha memacu perbaikan kinerja ekspor CPO. 

Salah satunya dengan meningkatkan pangsa pasar baik untuk produk hulu maupun hilir CPO. 

“Afrika dan Timur Tengah sangat meminati produk CPO kita, terutama untuk produk turunannya. Kita akan arahkan ke sana, supaya kinerja sektor tersebut bisa terdongkrak dan menjadi insentif tersendiri bagi perekonomian kita,” ujar Oke. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menampik pelambatan kinerja industri makanan minuman berkorelasi dengan kinerja industri kelapa sawit. 

“Perlu dikaji mendalam korelasinya, karena industri makanan tidak hanya dari CPO atau minyak goreng,” katanya kepada Bisnis, Rabu (6/2). 

Pasarnya, lanjut Mukti, kalau melihat data Gapki, kinerja CPO sebenarnya tidak anjlok baik produksi, volume ekspor, maupun produk hilir sawit termasuk industri makanan. 

Sumber: Bisnis Indonesia