Produk olahan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) diyakini memiliki fungsi beragam bagi kehidupan. Selain dikonsumsi, kelapa sawit juga bisa diubah menjadi sumber energi yang bernilai tambah tinggi.
Direktur Southeast Asian Food and Agriculture Science and Technology (SEAFAST) Center Institut Pertanian Bogor (IPB) Nuri Andarwulan mengatakan CPO memiliki keuntungan dalam menunjang kesehatan. Kandungan vitamin A dan E terkandung di dalam minyak goreng yang biasa digunakan ketika memasak.
“Minyak goreng rumah tangga ini erat dengan kandungan gizi. Kelapa Sawit sumbang gizi makro yang luar biasa terutama pro vitamin A dan juga kaya vitamin E,” ujar Nuri dalam dialog bertemakan ‘Sawit Menjawab Kebutuhan Gizi dan Persoalan Kesehatan’ di Hotel Ibis Jakarta Pusat, Rabu, 6 Maret 2019.
Ia melanjutkan, kandungan buah kelapa sawit juga memiliki senyawa nabati yang paling cocok sebagai pembentuk susu formula pendamping air susu ibu. Karenanya, peran penting CPO ini seringkali dianggap menjadi ancaman bagi negara Eropa maupun Amerika Serikat atas dengan fungsi komoditas potensial Tanah Air ini.
“Kandungan sawit banyak terkandung di susu formula, fakta yang tidak akan lepas dari sawit. Amerika dan Eropa serang sawit karena tidak mungkin susu formula tidak pakai sawit,” ungkapnya.
Ketua Umum Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia (MAKSI) Darmono Taniwiryono mengatakan olahan Kelapa Sawit sudah digunakan sejak ribuan tahun di Afrika. Negara di Afrika Barat pun hingga saat ini masih rutin mengkonsumsi minyak sawit merah murni sebagai pemenuhan gizi pada makanan.
“Orang Afrika Barat rata rata tinggi, lari kencang, mata putih, itulah orang. Harusnya sawit itu berada di galaksi ekstrak rempah rempah,” tuturnya.
Tak hanya itu, kandungan gizi pada CPO juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak ayam. Menurut Darmono, hasil uji coba menunjukan daging ayam dengan pakan campuran minyak kelapa sawit lebih cepat tumbuh dan dagingnya bertekstur empuk.
“Luar biasa sawit ini tidak hanya untuk kesehatan dan gizi manusia saja tapi untuk ternak juga bisa,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan kampanye hitam terhadap Minyak Kelapa Sawit berkaitan dengan persaingan industri. Indonesia paling diuntungkan lantaran komoditas ini seperti emas yang bisa terus tumbuh subur.
“Minyak sawit itu perlu dimakan, dari dulu tidak ada penelitian di dunia yang menyatakan orang langsung mati atau sakit perut,” kata Sahat.
Sahat meyakini negara maju di Eropa maupun Amerika tak ingin Indonesia berkembang dengan potensi olahan CPO. Penerapan Minyak Kelapa Sawit untuk bahan bakar kendaraan hingga pesawat terbang di Tanah Air pun diproyeksikan jadi formula pertumbuhan ekonomi yang meroket.
“Bagaimana mereka hantam sawit, padahal sawit itu komoditas bagus, di mana-mana saya sampaikan bagaimana keajaiban sawit. Ini satu-satunya minyak di bumi yang bisa hasilkan dua minyak sekaligus (pemenuhan gizi dan bahan bakar), minyak lain enggak ada,” ucapnya.
Sumber: Medcom.id