InfoSAWIT, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta kemitraan kelapa sawit antara petani dengan pengusaha diperkuat. Hal ini untuk menjawab tantangan kelapa sawit dalam kompetisi perdagangan minyak nabati lain yang semakin kompleks.

Dia mengatakan, kemitraan tersebut untuk memperkuat rantai pasok. Selain itu, juga supaya petani mendapatkan fasilitas terutama untuk meningkatkan produktivitas sekaligus mendapatkan pembiayaan.

“Asosiasi petani dan asosiasi pengusaha diharapkan dapat duduk bersama untuk mempertebal pola kemitraan perkebunan kelapa sawit, sehingga iklim usaha yang sehat terus dapat diciptakan,” kata dia dalam webinar Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) serie 1 Perkuat Kemitraan dengan Pola Terkini Untuk Masa Depan Sawit Indonesia Berkelanjutan di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (5/10/2021).

Menurut dia, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia bisa berkontribusi dengan membangun kesadaran dan persepsi positif terhadap industri kelapa sawit dengan memberikan informasi yang akurat. “Saya yakin Aspekpir mampu berperan secara nyata bersama pemerintah dan stakeholder lainnya untuk membangun industri ini agar kuat, berkelanjutan dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia,” ujarnya.

Dia menuturkan, luas tutupan kelapa sawit tahun 2019 sekitar 16,38 juta hektare (ha) dengan kepemilikan swasta 53 persen, BUMN 6 persen, dan rakyat 41 persen. Pada 2030 diprediksi perkebunan rakyat menjadi mayoritas mencapai 60 persen, swasta 36 persen, dan BUMN 4 persen. “Peran perkebunan rakyat sangat signifikan sehingga pembangunan kelapa sawit menjadi perhatian pemerintah, selain investasi swasta sebagai penggerak ekonomi yang semakin menggeliat,” ujarnya.

Dia mengatakan, Indonesia menguasai 55 persen pasar minyak sawit dunia dengan luas lahan hanya 10 persen dari lahan minyak nabati global tetapi produksi 40 persen dari total produksi minyak nabati global.

Sawit menyerap 16 juta tenaga kerja dan berkontribusi 15,6 persen terhadap total ekspor nonmigas. “Sawit merupakan tulang punggung perekonomian dan merupakan primadona industri ekspor. Termasuk industri strategis. Karena itu, semua komponen masyarakat termasuk Aspekpir harus menjaga sustainability industri ini,” ucapnya.

Ketua Umum Aspekpir Indonesia Setiyono menuturkan, salah satu penyebab sawit bisa berkembang seperti sekarang adalah karena pola PIR, dimana pola kerja sama petani – perusahaan ini sudah terbukti meningkatkan kesejahteraan petani dan menguntungkan perusahaan.

Menurut dia, meskipun dari sisi luasan kecil dan programnya sudah dihentikan tetapi bisa jadi contoh, sehingga pola PIR dapat digiatkan lagi. “Kunci kemitraan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Semuanya menjalankan perannya masing-masing. Kemitraan gagal terjadi karena masing-masing tidak menjalankan komitmennya,” ujar Setiyono.

Dia mengatakan, kemitraan juga harus dengan perusahaan yang bonafid. Sebab salah satu penyebab pecahnya kemitraan karena perusahaan tidak bonafid. “Kalau ada masalah maka perusahaan harus ditegur jangan kemitraannya yang diputuskan. Beberapa group besar kemitraannya tetap berjalan karena betul-betul dijaga supaya saling menguntungkan kedua belah pihak,” tutur dia. (T3)

 

Sumber: Infosawit.com