Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) yang menjadi salah satu partisipan dalam Festival Indonesia di Moskow, Rusia, menyatakan minyak goreng asal Indonesia laris dibeli oleh pengunjung.

Direktur Eksekutif Gimni Sahat Sinaga mengatakan minyak nabati dari kelapa sawit tersebut diminati oleh warga Rusia, yang umumnya dari kalangan rumah tangga. Namun begitu, mereka kesulitan untuk membeli minyak goreng sawit ini di pasar retail Rusia.

“Mereka bilang ini rasanya enak. Mereka tanya di mana kami bisa beli minyak ini karena di supermarket tidak ada. Baru saya mengetahui itu ternyata tidak ada promosi minyak sawit ini dijual di market,” kata Sahat di sela-sela kegiatan Festival Indonesia di Taman Krasnaya Presnya Moskow, sebagaimana disalin dari laman Antara.

Sahat menyebutkan bahwa volume ekspor CPO Indonesia ke Rusia pada 2018 sebesar 800.000 ton. Jumlah tersebut memenuhi kebutuhan CPO di Rusia sebesar 74,4 persen, sedangkan sisanya dipasok dari Malaysia.

Namun, ekspor sebesar 800.000 ton tersebut ternyata hanya untuk kebutuhan industri, yakni konveksioneri, margarin, sabun dan kosmetik. Sementara itu untuk konsumsi rumah tangga seperti minyak goreng, CPO Indonesia masih belum masuk ke pasar retail.

Dalam Festival Indonesia di Moskow tersebut, warga Rusia terlihat antusias untuk melihat berbagai produk dari kelapa sawit, mulai dari minyak goreng, margarin, hingga minyak salmira (red virgin palm oil). “Minyak sawit sedikit lebih enak daripada sunflower (minyak bunga matahari,” kata Olga, salah satu warga Rusia yang mengunjungi gerai produk CPO Indonesia.

Pada acara tersebut, minyak goreng sawit habis terjual pada hari kedua festival yang diselenggarakan pada 1-4 Agustus 2019 di Taman Krasnaya Presnya Moskow tersebut. Setidaknya 96 botol minyak goreng laris manis di acara tersebut dengan harga jual 150 rubel (Rp33.000) untuk volume 1 liter. Padahal, biasanya minyak goreng tersebut hanya dijual Rp10.000 di Indonesia. Sementara itu, minyak salmira dijual seharga 1.000 rubel (Rp240.000) per kotak.

Penyelenggaraan Festival Indonesia yang digelar pada 2-4 Agustus 2019 di Moskow Rusia, turut memamerkan berbagai produk kuliner dan kerajinan tangan dari berbagai daerah di Indonesia yang diharapkan dapat memperluas pasar komoditas nasional.

Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Wahid Supriyadi mengatakan ada 177 gerai yang memamerkan keunggulan komoditas dari masing-masing daerah.

“Festival Indonesia ini dihadiri oleh 1.000 peserta dari Indonesia dan 177 booth dari berbagai daerah. Acara ini mempromosikan kedua negara, baik Indonesia di Rusia, dan Rusia di Indonesia,” kata Dubes Wahid.

Dubes Wahid menjelaskan festival yang sudah digelar keempat kalinya sejak 2016 ini secara nyata telah meningkatkan kunjungan wisatawan Indonesia dan Rusia. Menurut data Kementerian Pariwisata RI, wisatawan Rusia yang berkunjung ke Indonesia tumbuh signifikan, yakni dari sekitar 68.000 pengunjung pada 2016, menjadi 125.000 pengunjung pada 2018. Sementara itu, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Rusia tercatat dari 5.000 orang pada 2016 menjadi 31.000 orang pada 2018.

Dari pantauan di Taman Krasnaya Presnya, gerai Provinsi Aceh menjadi salah satu yang tidak pernah sepi pengunjung. Gerai Provinsi Aceh menjual komoditas unggulannya, yakni Kopi Gayo jenis Arabika dengan harga bervariasi mulai dari 600 rubel (Rp130.343) hingga 800 rubel (Rp173.791).

Selain itu, produk cokelat kopi juga tidak kalah laris karena harganya yang terjangkau, yakni dijual dengan harga 50 rubel atau sekitar Rp10.800 per batang.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Teuku Satria Wira, mengungkapkan bahwa selama ini pangsa pasar Kopi Gayo belum bisa menembus pasar Rusia. Oleh karena itu, hadirnya festival ini diharapkan menjadi ajang untuk memperluas pasar ekspor.

“Saat ini kami rata-rata pangsa pasarnya masih di sekitar Eropa Barat, umumnya Jerman. Dengan kegiatan ini, kami harap Kopi Gayo menjadi daya tarik karena cuacanya yang dingin, serta aroma kopinya yang pekat,” kata Wira.

Pergelaran busana tenun Baduy yang dirancang Nike Akhsaniyati Kholisoh menjadi bagian akhir Festival Indonesia di Moskow. Dalam gelaran tersebut, Nike memilih koleksi busana muslim dengan menampilkan kain tenun warisan leluhur yang ditenun para perempuan suku Baduy di pedalaman Banten Selatan. Kain hasil tenunan asal Baduy yang berbahan tebal dan hangat itu cocok untuk suhu di Moskow.

Sumber: Neraca.co.id