InfoSAWIT, JAKARTA – Pengembangan komersil kelapa sawit, yang sudah lebih dari 100 tahun di Indonesia, tentu memberikan banyak sumbangsih bagi pembangunan nasional. Keberadaan perkebunan kelapa sawit yang sebagian besar berada di pelosok, secara nyata membangun daerah menjadi maju dan sejahtera. Sebab itu, diperlukan komitmen bersama untuk mendorong keberhasilan tersebut melalui pendidikan.

Komitmen bersama itu, menurut Nugroho, bisa dilakukan pemerintah sebagai penyelenggara negara yang mendorong industri untuk tumbuh. Pelaku bisnis mengembangkannya dan Perguruan Tinggi (PT) menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) nya.

“Kendati industri sawit memiliki kemajuan besar dalam mendorong ekonomi, namun mash membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah dan dunia usaha,” kata Direktur Poltek Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) ini menerangkan.

Pentingnya keberadaan SDM yang handal dan berkualitas, bagi industri kelapa sawit dari hulu hingga hilir menjadi kebutuhan utama di masa depan. Pasalnya, melalui pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan industri, maka SDM yang dihasilkan akan mampu terserap dunia usaha. “Pengembangan perguruan tinggi juga harus seiring dengan penelitian yang dibutuhkan, supaya industri lebih maju, efisien, ramah lingkungan dan mampu menyejahterakan,” katanya menjelaskan.

Komitmen Keberlanjutan

Sebagai bagian yang terintegrasi dengan bisnis kelapa sawit dari hulu hingga hilir, bagi Nugroho, dibutuhkan pendidikan yang dapat mengikuti perkembangan jaman. Seperti berbagai isu lingkungan, yang menjadi kewajiban perguruan tinggi untuk mengikuti perkembangannya.

Sejatinya, pola pendidikan berbasis konsep Link and Match, sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia. Sejak dahulu, sewaktu Menteri Pendidikan Bapak Wardiman, Indonesia sudah menyaratkan pengembangan pendidikan berbasis kebutuhan dunia usaha. Namun hingga saat ini, masih banyak hambatan  yang terjadi.

Belajar dari negara-negara maju, bahkan Malaysia, pendidikan yang dilakukan di negara tersebut, mampu menghasilkan SDM yang dibutuhkan industri yang berkembang sehingga menjadi lebih maju. “Dibutuhkan komitmen bersama, untuk mengurai berbagai persoalan yang ada di dunia pendidikan,” kata ayah dari 3 anak ini.

Pemerintah juga perlu menguatkan berbagai regulasi yang ada di industri sawit, semisal kewajiban Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), melalui Peraturan Menteri dan aplikasinya di lapangan. Implementasi yang beragam, tentunya membutuhkan berbagai aturan, yang mampu mendorong dunia usaha memenuhi kewajiban ISPO.

Berbagai regulasi yang diberlakukan bagi industri kelapa sawit dari hulu hingga hilir, juga perlu dikaji secara mendalam, supaya industri mampu mengikuti perkembangan jaman dan kuat bersaing terhadap industri lainnya.

Pentingnya keberadaan Poltek Kelapa Sawit CWE, menurut Nugroho mampu memenuhi kebutuhan SDM yang dibutuhkan. Pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa, selain dibekali keterampilan (hard skill ) juga kepribadian dan kepemimpinan (soft skill) , juga kurikulum dan staf dosennya diupdate. Hasilnya, kemampuan SDM yang berhasil lulus dari Poltek Kelapa Sawit CWE akan mampu menyesuaikan dengan keadaan bisnis kelapa sawit.

Kelebihan lulusan Poltek Kelapa Sawit CWE, lebih cepat beradaptasi dan terbiasa dengan perkembangan industri terkini. Sebab itu, hingga saat ini, Poltek Kelapa Sawit CWE sudah meluluskan 550 mahasiswa yang tersebar di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga Malaysia. Pihak perusahaan Malaysia, Sarawak Berhard, pernah mengungkapkan kesalutannya, terhadap cara pendidikan di Poltek Kelapa Sawit CWE.

“Artinya kita mampu memenuhi kualitas mutu SDM sawit, bahkan hingga sekarang, Poltek Kelapa Sawit CWE masih bekerjasama dengan perusahaan kelapa sawit nasional dan Malaysia,” tutur Nugroho yang memiliki hobi gowes sepeda ini. (T1)

 

Sumber: Infosawit.com