JAKARTA. Kinerja ekspor produk oleokimia Indonesia tahun ini diprediksi cerah. Hal itu terlihat dari realisasi ekspor di paruh pertama 2018 yang sudah mencapai 50% dari estimasi ekspor tahun ini yang sebesar 4,79 ton.
Peningkatan ekspor produk oleokimia tersebut tak terlepas dari naiknya permintaan di pasar global dan posisi Indonesia sebagai pemasok terbesar produk-produk oleokimia di pasar internasional.
Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat mengatakan, pada periode Januari -Juni 2018, total volume ekspor produk oleokimia mencapai 2,39 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 2,08 miliar.
Dengan pencapaian tersebut, Rapolo mengatakan, pihaknya optimis estimasi volume ekspor produk oleokimia tahun ini meningkat 33% menjadi 4,79 juta ton. Dengan kenaikan volume penjualan tersebut, maka nilai ekspor diproyeksi meningkat 26,36% menjadi US$ 4,17 miliar.
“Salah satu faktor kenaikan nilai ekspor ini juga karena penguatan kurs dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, “ujar Rapolo di Kantornya, Rabu (14/11).
Target ekspor yang ditetapkan Apolin ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan di awal tahun. Berdasarkan catatan KONTAN, Apolin sebelumnya menargetkan volume ekspor sebesar 4,4 juta ton atau naik 22,2% dari tahun 2017.
Terkait perubahan target tersebut, Rapolo mengatakan hal tersebut mengikuti perkembangan permintaan di pasar global yang tahun ini meningkat dari estimasi sebelumnya. Apalagi industri ole-kimia juga terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ekspor produk-poro-duk oleokimia.
Upaya yang dilakukan seperti tetap menjaga pasokan ke negara-negara tujuan ekspor yang sudah ada. Sejauh ini, Uni Eropa dan China merupakan pasar tujuan ekspor terbesar produk-produk oleokimia. “Ekspor ke Uni Eropa dan China itu bisa mencapai 25% dari total ekspor oleokimia Indonesia, “katanya.
Kemudian, ekspor oleokimia Indonesia masuk ke pasar India, Jepang, Korea Selatan serta ke negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Untuk meningkatkan ekspor, industri juga rajin membuka pasar baru, seperti ke negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, Asia Selatan dan menggarap pasar baru di negara-negara wilayah Afrika.
Prospek di 2019
Rapolo mengatakan industri oleokimia optimis prospek ekspor produk oleokimia tahun depan masih cerah. Hal itu terlihat dari rata-rata pertumbuhan volume ekspor dalam tiga tahun terakhir ini tumbuh 10,68% per tahun. Kemudian nilai ekspornya tumbuh 19,61% per tahun.
Menurutnya, pasar ekspor masih menjadi primadona. Selama ini sekitar 80%-85% produksi oleokimia di ekspor dan sisanya sekitar 10%-15% dijual di pasar domestik. Meski tidak memiliki data berapa persis peredaran produk oleokimia di pasar domestik, tapi Apolin menilai permintaan di dalam negeri juga tumbuh.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GMNI) Sahat Sinaga menilai, ekspor produk hilir minyak kelapa sawit terus meningkat. Apalagi pengembangan produk hilir ini memberikan nilai tambah bagi ekspor produk berbahan baku minyak kelapa sawit.
“Produk hilir dari minyak sawit itu sekarang ada minyak goreng, margarin, shortening, oleochemical dan FAME yang bernilai tambah tinggi,”ujarnya. Ia menilai produk-produk hilir minyak sawit ini akan tumbuh rata-rata 4,5%-5% pada tahun 2018.
Sumber: Harian Kontan